Jiwa dan Psikologis – Dokita – Dokter Kita http://dokita.co Portal Informasi dan Konsultasi Kesehatan Terbaik Mon, 21 Sep 2015 13:12:08 +0000 en-US hourly 1 Perawatan Rumahan Untuk Sindrom Asperger http://dokita.co/blog/perawatan-rumahan-untuk-sindrom-asperger/ http://dokita.co/blog/perawatan-rumahan-untuk-sindrom-asperger/#respond Wed, 18 Jun 2014 06:35:35 +0000 http://dokita.co/?p=10547 (Image courtesy of David Castillo Dominici / freedigitalphotos.net) \r\nAnda dapat mengasuh anak lebih baik dengan mempelajari Sindrom Asperger serta menyediakan lingkungan rumah yang mendukung dan penuh kasih sayang. Ingatlah bahwa anak Anda sama dengan anak yang lain, punya kelebihan dan kekurangan sendiri dan memerlukan banyak dukungan, kesabaran, dan pengertian.\r\n\r\nBagian penting untuk membantu anak Anda mengembangkan kemandirian... Read more »

The post Perawatan Rumahan Untuk Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Perawatan Rumahan Untuk Sindrom Asperger(Image courtesy of David Castillo Dominici / freedigitalphotos.net)

\r\nAnda dapat mengasuh anak lebih baik dengan mempelajari Sindrom Asperger serta menyediakan lingkungan rumah yang mendukung dan penuh kasih sayang. Ingatlah bahwa anak Anda sama dengan anak yang lain, punya kelebihan dan kekurangan sendiri dan memerlukan banyak dukungan, kesabaran, dan pengertian.\r\n\r\nBagian penting untuk membantu anak Anda mengembangkan kemandirian dan berhasil di luar rumah adalah dengan mendidik diri Anda sendiri mengenai kondisi Sindrom Asperger dan apa yang mungkin terjadi. Pelajari Sindrom Asperger dengan konsultasi ke dokter Anda atau menghubungi organisasi Asperger. Salah satu sumber yang baik adalah OASIS @ maap: The Online Asperger Syndrome Information and Support Center di www.aspergersyndrome.org. Belajar tentang Sindrom Asperger akan mengurangi stres Anda dan anggota keluarga serta membantu anak Anda untuk sukses.\r\n\r\nDi bawah ini adalah beberapa saran tentang bagaimana membantu anak yang memiliki Sindrom Asperger. Beberapa ide tersebut mungkin sangat membantu, dan beberapa yang lain mungkin tidak membantu. Fleksibilitas, kreativitas, dan kemauan untuk terus belajar akan membantu Anda dalam mengasuh anak Anda.\r\n

Strategi Umum

\r\n

    \r\n
  • Anak-anak dengan sindrom asperger mendapatkan manfaat dari rutinitas sehari-hari untuk makan, pekerjaan rumah, dan tidur. Mereka juga menyukai aturan khusus dan harapan yang konsisten, yang berarti lebih sedikit stres dan kebingungan bagi mereka.
  • \r\n

  • Banyak orang dengan sindrom Asperger dapat melakukan yang terbaik dengan pengajaran dan penugasan secara verbal dibandingkan nonverbal.  Perilaku yang langsung, ringkas, dan mudah juga membantu.
  • \r\n

  • Orang dengan sindrom Asperger seringkali mengalami kesulitan memahami “gambaran utuh” dan cenderung melihat bagian dari situasi dibandingkan keseluruhan. Itulah sebabnya mereka sering mendapatkan manfaat dari pendekatan pengajaran bagian ke keseluruhan, yang dimulai dengan bagian dari konsep dan kemudian mengembangkannya untuk menunjukkan ide keseluruhan.
  • \r\n

  • Dukungan visual dapat membantu, termasuk jadwal dan materi tertulis lainnya yang berfungsi sebagai alat bantu organisasi.
  • \r\n

  • Menyadari bahwa suara latar belakang, seperti detik jam atau dengung lampu fluorescent, dapat mengganggu.
  • \r\n

  • Proses kedewasaan anak-anak dengan sindrom asperger sering berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, jangan selalu mengharapkan mereka untuk “bertindak sesuai usia mereka.”
  • \r\n

  • Cobalah untuk mengidentifikasi pemicu stres mereka dan jika kemudian hindari pemicu tersebut jika memungkinan. Siapkan anak lebih dini untuk situasi yang sulit, dan ajari anak cara mengatasinya. Misalnya, mengajarkan anak untuk menghadapi perubahan atau situasi baru.
  • \r\n

\r\n

Strategi untuk mengembangkan keterampilan sosial

\r\n

    \r\n
  • Anak Anda mungkin tidak mengerti norma-norma sosial dan aturan secara alami seperti anak-anak lain. Berikan penjelasan yang jelas mengapa perilaku tertentu diharapkan, dan ajarkan aturan untuk perilaku tersebut.
  • \r\n

  • Dorong anak Anda untuk belajar berinteraksi dengan orang-orang dan apa yang harus dilakukan bila diajak bicara, dan jelaskan mengapa hal itu penting. Berikan banyak pujian, terutama ketika anak menggunakan keterampilan sosial tanpa disuruh.
  • \r\n

  • Kegiatan praktek, seperti permainan atau sesi tanya-jawab, yang membutuhkan giliran atau menempatkan diri sendiri di kondisi orang lain.
  • \r\n

  • Bantulah anak untuk memahami perasaan orang lain dengan role-playing serta menonton dan mendiskusikan perilaku manusia yang terlihat di film atau di televisi. Berikan contoh model bagi anak Anda untuk mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap perasaan tersebut.
  • \r\n

  • Ajarkan anak bagaimana cara membaca dan menanggapi dengan benar isyarat-isyarat sosial. Berikan anak “stok” kalimat untuk digunakan dalam berbagai situasi sosial, seperti ketika diperkenalkan. Anda juga dapat mengajarkan anak Anda bagaimana berinteraksi dengan role-playing.
  • \r\n

  • Kembangkan keterlibatan anak dengan orang lain, terutama jika anak Anda cenderung menyendiri.
  • \r\n

  • Ajarkan anak Anda tentang tempat publik dan pribadi, sehingga anak belajar apa yang cocok di kedua kondisi tersebut. Misalnya, memeluk mungkin tidak cocok dilakukan di sekolah tetapi umumnya boleh saja ketika di rumah.
  • \r\n

\r\nSumber: WebMD

The post Perawatan Rumahan Untuk Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/perawatan-rumahan-untuk-sindrom-asperger/feed/ 0
Perawatan Sindrom Asperger http://dokita.co/blog/perawatan-sindrom-asperger/ http://dokita.co/blog/perawatan-sindrom-asperger/#respond Fri, 13 Jun 2014 02:00:35 +0000 http://dokita.co/?p=10552 (Image courtesy of Idea go / freedigitalphotos.net) \r\nTujuan perawatan sindrom Asperger adalah meningkatkan kemampuan anak Anda dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak dapat berfungsi secara efektif di dalam masyarakat dan menjadi mandiri. Setiap anak dengan Sindrom Asperger memiliki perbedaan jumlah dan tingkat keparahan gejala, sehingga perawatannya harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu dan sumber... Read more »

The post Perawatan Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Perawatan Sindrom Asperger(Image courtesy of Idea go / freedigitalphotos.net)

\r\nTujuan perawatan sindrom Asperger adalah meningkatkan kemampuan anak Anda dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak dapat berfungsi secara efektif di dalam masyarakat dan menjadi mandiri. Setiap anak dengan Sindrom Asperger memiliki perbedaan jumlah dan tingkat keparahan gejala, sehingga perawatannya harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu dan sumber daya keluarga yang tersedia. Perawatan khusus didasarkan pada gejala-gejala.\r\n\r\nDibawah ini merupakan contoh kasus di Amerika, sehingga mungkin ada beberapa hal yang belum dapat dilakukan di Indonesia.\r\n

Mendapatkan Layanan

\r\nAwali dengan menghubungi distrik sekolah lokal untuk mengetahui layanan yang tersedia untuk anak Anda. Cari informasi tentang hak-hak pendidikan anak Anda. Undang-undang Federal mengharuskan sekolah umum untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai bagi anak usia 3-21 tahun yang memiliki cacat (termasuk Asperger). Mungkin juga terdapat hukum negara bagian dan lokal atau kebijakan yang membantu anak-anak dengan Asperger.\r\n\r\nAnda akan bertemu dengan personil sekolah untuk menentukan tujuan dan menetapkan program pendidikan individual (IEP). IEP dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik anak berdasarkan evaluasi tingkat kecacatan anak.\r\n

Program sekolah

\r\nCari tahu tentang apa yang ditawarkan di sekolah-sekolah yang berbeda untuk mengetahui layanan apa yang dibutuhkan anak Anda dan tempat terbaik untuk mendapatkan layanan tersebut. Kualitas yang perlu Anda cari antara lain :\r\n

    \r\n
  • Kelompok belajar kecil dengan perhatian individu.
  • \r\n

  • Seorang spesialis komunikasi dengan minat dalam pelatihan keterampilan sosial.
  • \r\n

  • Peluang untuk berinteraksi sosial dengan pengaturan terstruktur dan pengawasan kegiatan.
  • \r\n

  • Perhatian untuk mengajarkan keterampilan kehidupan nyata dan mendorong minat khusus dan bakat anak.
  • \r\n

  • Kesediaan untuk kurikulum individu.
  • \r\n

  • Seorang konselor sensitif yang dapat fokus pada kesejahteraan emosional anak Anda dan berfungsi sebagai penghubung dengan keluarga.
  • \r\n

  • Penekanan pada penghormatan terhadap keragaman dan empati bagi siswa.
  • \r\n

\r\nKetahui apa yang terjadi di kelas anak Anda. Kelola komunikasi yang sering terjadi antara guru dan orang tua dengan buku catatan komunikasi yang bolak-balik dari guru ke orang tua dan sebaliknya.\r\n\r\nStrategi Perawatan\r\n\r\nPerawatan ditujukan untuk meningkatkan komunikasi, keterampilan sosial, dan manajemen perilaku. Program perawaatan dapat sering disesuaikan agar bermanfaat maksimal bagi anak Anda.\r\n\r\nManfaatkan kekuatan anak Anda dengan mendorong anak untuk mengeksplorasi minat di rumah dan di sekolah. Kegiatan yang berorientasi kelompok dan konseling terfokus juga dapat membantu.\r\n\r\nBanyak anak-anak dengan sindrom Asperger juga memiliki kondisi lain, antara lain attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan kecemasan sosial, dan depresi. Kondisi tersebut dapat meningkatkan beban dan tuntutan pada orang tua dimana orang tua sudah menghadapi anak dengan kebutuhan ekstra. Kondisi lainnya ini mungkin memerlukan pengobatan dengan obat-obatan dan terapi lain.\r\n

Pencegahan

\r\nPara peneliti belum menemukan cara untuk mencegah sindrom Asperger. Beberapa kelompok advokasi mengklaim bahwa vaksin campak-gondong-rubela (MMR) menyebabkan Asperger dan autisme. Tetapi banyak penelitian belum menemukan hubungan antara kondisi tersebut dengan vaksin.\r\n\r\nDokter merekomendasi anak Anda diimunisasi. Hal ini karena jika tidak diimunisasi, dapat menempatkan anak Anda dan orang lain di dalam komunitas Anda berisiko terkena penyakit serius dan bahkan kematian.\r\n\r\nSumber: WebMD

The post Perawatan Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/perawatan-sindrom-asperger/feed/ 0
Diagnosis Sindrom Asperger http://dokita.co/blog/diagnosis-sindrom-asperger/ http://dokita.co/blog/diagnosis-sindrom-asperger/#respond Thu, 12 Jun 2014 02:00:34 +0000 http://dokita.co/?p=10546 (Image courtesy of imagerymajestic / freedigitalphotos.net) \r\nSindrom Asperger adalah suatu kondisi perkembangan dimana seseorang mengalami kesulitan memahami bagaimana cara berinteraksi sosial. Diagnosis yang tepat dibuat dari masukan orang tua, dokter, guru, dan pengasuh lainnya yang mengetahui atau telah mengamati anak tersebut. Sindrom Asperger didiagnosis ketika kriteria tertentu terpenuhi, antara lain :\r\n \r\n Interaksi sosial yang buruk.... Read more »

The post Diagnosis Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Diagnosis Sindrom Asperger(Image courtesy of imagerymajestic / freedigitalphotos.net)

\r\nSindrom Asperger adalah suatu kondisi perkembangan dimana seseorang mengalami kesulitan memahami bagaimana cara berinteraksi sosial. Diagnosis yang tepat dibuat dari masukan orang tua, dokter, guru, dan pengasuh lainnya yang mengetahui atau telah mengamati anak tersebut. Sindrom Asperger didiagnosis ketika kriteria tertentu terpenuhi, antara lain :\r\n

    \r\n
  • Interaksi sosial yang buruk.
  • \r\n

  • Perilaku, minat, dan kegiatan yang tidak umum.
  • \r\n

  • Tidak ada keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
  • \r\n

  • Tidak ada keterlambatan dalam keterampilan mandiri dan rasa ingin tahu tentang lingkungan.
  • \r\n

\r\nDokter akan mengambil riwayat medis dengan mengajukan pertanyaan tentang perkembangan anak Anda, termasuk informasi tentang perkembangan motorik, bahasa, bidang minat khusus, dan interaksi sosial. Dokter juga akan menanyakan tentang kehamilan ibu dan sejarah kondisi medis keluarga.\r\n\r\nPengujian dapat membantu dokter Anda mengetahui apakah masalah anak Anda berhubungan dengan sindrom Asperger. Dokter dapat merujuk anak Anda ke spesialis untuk pengujian, antara lain :\r\n

    \r\n
  • Penilaian psikologis. Fungsi intelektual dan gaya belajar Anak dievaluasi. IQ (intelligence quotient) dan keterampilan motorik merupakan tes yang umum. Tes penilaian kepribadian juga dapat dilakukan.
  • \r\n

  • Penilaian komunikasi. Bicara dan bahasa formal Anak dievaluasi. Anak-anak diuji untuk mengetahui seberapa baik mereka memahami dan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide-ide. Dokter Anda juga akan menguji pemahaman komunikasi nonverbal dan keterampilan bahasa nonliteral, seperti pemahaman tentang humor atau metafora. Dokter akan mendengarkan volume, stres, dan tekanan dari suara anak Anda.
  • \r\n

  • Pemeriksaan kejiwaan. Dokter Anda dapat memeriksa keluarga dan teman-teman, reaksi terhadap situasi yang baru, dan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan jenis komunikasi tidak langsung seperti menggoda dan sarkasme. Dokter Anda mungkin ingin mengamati anak Anda di rumah dan di sekolah. Beliau juga mungkin mencari kondisi seperti kecemasan dan depresi, yaitu kondisi yang sering ditemukan pada orang dengan sindrom Asperger.
  • \r\n

\r\nKetika membuat diagnosis, dokter akan melihat apakah anak Anda memenuhi kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), yang dipublikasi oleh American Psychiatric Association.\r\n\r\nSumber: WebMD

The post Diagnosis Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/diagnosis-sindrom-asperger/feed/ 0
Gejala Sindrom Asperger http://dokita.co/blog/gejala-sindrom-asperger/ http://dokita.co/blog/gejala-sindrom-asperger/#respond Sat, 07 Jun 2014 01:00:38 +0000 http://dokita.co/?p=10539 (Image courtesy of cooldesign / freedigitalphotos.net) \r\nMeskipun gejala-gejala sindrom Asperger bervariasi,  ada satu gejala utama yang ada yaitu masalah signifikan dengan situasi sosial. Anak Anda mungkin memiliki gejala ringan sampai berat, atau memiliki sedikit atau banyak gejala-gejala dibawah ini. Karena gejala sindrom asperger yang bervariasi, tidak ada dua anak yang memiliki gejala sindrom Asperger yang sama.\r\n... Read more »

The post Gejala Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Gejala Sindrom Asperger(Image courtesy of cooldesign / freedigitalphotos.net)

\r\nMeskipun gejala-gejala sindrom Asperger bervariasi,  ada satu gejala utama yang ada yaitu masalah signifikan dengan situasi sosial. Anak Anda mungkin memiliki gejala ringan sampai berat, atau memiliki sedikit atau banyak gejala-gejala dibawah ini. Karena gejala sindrom asperger yang bervariasi, tidak ada dua anak yang memiliki gejala sindrom Asperger yang sama.\r\n

Gejala Sindrom Asperger Selama Masa Kanak-Kanak

\r\nKebanyakan orang tua pertama kali menyadari gejala sindrom Asperger ketika anak mereka mulai masuk prasekolah dan mulai berinteraksi dengan anak-anak lain. Anak-anak dengan sindrom Asperger mungkin :\r\n

    \r\n
  • Tidak menangkap isyarat-isyarat sosial dan mungkin kurang memiliki keterampilan sosial bawaan, seperti mampu membaca bahasa tubuh orang lain, memulai atau mempertahankan percakapan, dan giliran berbicara.
  • \r\n

  • Tidak menyukai perubahan dalam rutinitas.
  • \r\n

  • Sepertinya kurang berempati.
  • \r\n

  • Kurang mampu mengenali perbedaan halus dalam nada bicara, intonasi, dan aksen, yang mengubah makna bicara orang lain. Jadi anak Anda mungkin tidak mengerti lelucon atau mungkin mengartikan harifiah komentar sarkastik. Gaya bicara anak Anda mungkin datar dan sulit dipahami karena kurang memiliki nada, intonasi, dan aksen.
  • \r\n

  • Memiliki gaya bicara formal yang maju untuk usianya. Sebagai contohnya, anak mungkin menggunakan kata “memanggil” bukan “menelpon” atau kata “kembali” bukan “datang lagi.”
  • \r\n

  • Banyak bicara, biasanya tentang topik favorit. Umumnya terjadi percakapan satu sisi. Pikiran internal sering diucapkan.
  • \r\n

  • Menghindari kontak mata atau menatap orang lain.
  • \r\n

  • Memiliki ekspresi wajah atau postur yang tidak biasa.
  • \r\n

  • Sibuk dengan hanya satu atau beberapa minat, yang mungkin sangat mereka mengerti. Banyak anak dengan sindrom Asperger memiliki ketertarik berlebih pada bagian atau keseluruhan atau kegiatan yang tidak biasa, seperti merancang rumah, menggambar pemandangan yang sangat rinci, atau mempelajari astronomi. Mereka mungkin menunjukkan minat yang tidak biasa dalam topik-topik tertentu seperti ular, nama-nama bintang, atau dinosaurus.
  • \r\n

  • Perkembangan motorik terlambat. Anak Anda mungkin terlambat dalam belajar menggunakan garpu atau sendok, naik sepeda, atau menangkap bola. Mereka mungkin memiliki gaya berjalan yang canggung. Tulisan tangan seringkali jelek.
  • \r\n

  • Memiliki sensitivitas yang meningkat dan menjadi terstimulasi berlebih terhadap suara keras, cahaya, rasa atau tekstur yang kuat.
  • \r\n

\r\nSeorang anak yang memiliki satu atau dua gejala diatas tidak selalu menderita sindrom Asperger. Untuk didiagnosa sindrom Asperger, seorang anak harus memiliki kombinasi dari gejala-gejala diatas dan mempunyai masalah signifikan dengan situasi sosial.\r\n\r\nMeskipun kondisi ini dalam beberapa hal mirip dengan autisme, namun seorang anak dengan sindrom asperger biasanya memiliki perkembahan bahasa dan intelektual yang normal. Selain itu, mereka dengan sindrom Asperger biasanya berusaha lebih banyak untuk berteman dan terlibat dalam kegiatan dengan orang lain dibandingkan mereka dengan autisme .\r\n

Gejala Sindrom Asperger Selama Pra Remaja dan Remaja

\r\nKebanyakan gejala terus berlangsung selama usia remaja. Dan meskipun remaja dengan Asperger dapat mulai belajar keterampilan sosial, namun komunikasi seringkali tetap sulit. Mereka mungkin akan terus mengalami kesulitan “membaca” perilaku orang lain.\r\n\r\nSumber: WebMD

The post Gejala Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/gejala-sindrom-asperger/feed/ 0
Sindrom Asperger http://dokita.co/blog/sindrom-asperger/ http://dokita.co/blog/sindrom-asperger/#respond Fri, 06 Jun 2014 05:01:11 +0000 http://dokita.co/?p=10538 (Image courtesy of stockimages / freedigitalphotos.net) \r\nSindrom Asperger adalah gangguan perkembangan yang membuat penderitanya sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak Anda mungkin merasa sulit untuk berteman karena mereka merasa canggung.\r\n\r\nOrang dengan sindrom Asperger memiliki beberapa ciri autisme. Sebagai contoh, mereka mungkin memiliki keterampilan sosial yang buruk, lebih menyukai rutinitas, dan tidak menyukai perubahan. Namun... Read more »

The post Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Sindrom Asperger(Image courtesy of stockimages / freedigitalphotos.net)

\r\nSindrom Asperger adalah gangguan perkembangan yang membuat penderitanya sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak Anda mungkin merasa sulit untuk berteman karena mereka merasa canggung.\r\n\r\nOrang dengan sindrom Asperger memiliki beberapa ciri autisme. Sebagai contoh, mereka mungkin memiliki keterampilan sosial yang buruk, lebih menyukai rutinitas, dan tidak menyukai perubahan. Namun tidak seperti anak-anak dengan autis, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya mulai berbicara sebelum usia 2 tahun, yaitu usia dimana kemampuan bicara anak mulai berkembang.\r\n\r\nSindrom Asperger merupakan kondisi seumur hidup, tetapi gejala cenderung membaik seiring berlalunya waktu. Orang dewasa dengan kondisi ini bisa belajar untuk memahami kelebihan dan kekurangan mereka sendiri. Dan mereka dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka.\r\n\r\nSindrom Asperger dan autisme termasuk dalam kelompok gangguan yang disebut gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental disorders).\r\n\r\nPenyebab pasti sindrom asperger belum diketahui, dan belum diketahui cara pencegahannya. Sindom Asperger cenderung menurun di dalam keluarga. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mencari penyebab genetik. Sindrom Asperger lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.\r\n\r\nSindrom Asperger biasanya terlihat pada usia 3 tahun atau lebih. Gejalanya bervariasi, sehingga tidak ada gejala-gejala yang sama dari satu anak dengan yang lain. Anak-anak dengan Asperger :\r\n

    \r\n
  • Sangat sulit berhubungan dengan orang lain. Hal ini tidak berarti bahwa mereka menghindari kontak sosial. Namun, mereka memiliki naluri dan keterampilan yang kurang untuk membantu mereka mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka serta menyadari perasaan orang lain.
  • \r\n

  • Mungkin akan terganggu oleh suara keras, cahaya, atau rasa atau tekstur yang kuat.
  • \r\n

  • Menyukai rutinitas tetap. Perubahan merupakan hal yang sulit bagi mereka.
  • \r\n

  • Mungkin tidak mengenali isyarat verbal dan nonverbal atau memahami norma-norma sosial. Sebagai contoh, mereka mungkin menatap orang lain, tidak membuat kontak mata, atau tidak mengetahui apa arti dari ruang pribadi seseorang.
  • \r\n

  • Mungkin memiliki kemampuan bicara yang datar dan sulit dimengerti karena kurangnya nada, intonasi, dan aksen. Atau mereka mungkin memiliki gaya bicara formal yang maju untuk anak seusia mereka.
  • \r\n

  • Mungkin kurang koordinasi; memiliki ekspresi wajah atau postur tubuh atau gerak tubuh yang tidak biasa; atau agak canggung.
  • \r\n

  • Mungkin memiliki tulisan tangan yang buruk atau memiliki masalah dengan keterampilan motorik lainnya, seperti naik sepeda.
  • \r\n

  • Mungkin hanya memiliki satu atau beberapa minat, atau mereka mungkin hanya fokus pada beberapa hal saja. Sebagai contoh, mereka mungkin menunjukkan minat berlebih terhadap ular atau nama bintang atau dapat menggambar dengan sangat rinci.
  • \r\n

\r\nJika Anda prihatin tentang perilaku atau gaya komunikasi anak Anda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak Anda. Dokter akan bertanya tentang perkembangan anak Anda dan juga menanyakan apakah orang lain menyadari masalah sosial anak Anda.\r\n\r\nDokter mungkin akan mengarahkan Anda ke dokter spesialis untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan sindrom Asperger. Dokter spesialis dapat menguji gaya belajar anak Anda, bicara dan bahasa, IQ, keterampilan sosial dan motorik, dan banyak lagi.\r\n\r\nSumber: WebMD

The post Sindrom Asperger appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/sindrom-asperger/feed/ 0
Penyebab Stres http://dokita.co/blog/penyebab-stres/ http://dokita.co/blog/penyebab-stres/#respond Wed, 30 Apr 2014 07:23:52 +0000 http://dokita.co/?p=10449 (Image courtesy of Stuart Miles / freedigitalphotos.net) \r\nAnak-anak tidak berhenti berteriak, atasan terus mengejar Anda karena telat memberikan laporan, dan Anda berutang pajak ribuan rupiah dimana Anda tidak dapat mempunyai uang untuk membayarnya. Situasi tersebut membuat Anda sangat stres.\r\n\r\nStres merupakan bagian normal dari kehidupan kita, dan dapat memberikan tujuan yang berguna. Stres dapat memotivasi Anda untuk... Read more »

The post Penyebab Stres appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Penyebab Stres(Image courtesy of Stuart Miles / freedigitalphotos.net)

\r\nAnak-anak tidak berhenti berteriak, atasan terus mengejar Anda karena telat memberikan laporan, dan Anda berutang pajak ribuan rupiah dimana Anda tidak dapat mempunyai uang untuk membayarnya. Situasi tersebut membuat Anda sangat stres.\r\n\r\nStres merupakan bagian normal dari kehidupan kita, dan dapat memberikan tujuan yang berguna. Stres dapat memotivasi Anda untuk mendapatkan promosi jabatan di tempat kerja, atau terus berlari dalam mil terakhir maraton.\r\n\r\nNamun, jika Anda tidak dapat mengelola stres Anda dan berlangsung jangka panjang, maka stres dapat sangat mengganggu pekerjaan, kehidupan keluarga, dan kesehatan Anda. Lebih dari setengah orang Amerika mengatakan mereka bertengkar dengan teman-teman dan orang yang dicintai karena stres, dan lebih dari 70% mengatakan bahwa mereka mengalami gejala fisik dan emosional yang nyata dari stres.\r\n\r\nYuk kita cari tahu mengapa kita mengalami stres, dan bagaimana stres dapat mempengaruhi kesehatan Anda.\r\n

Penyebab Stres

\r\nSetiap orang memiliki pemicu stres yang berbeda. Menurut hasil survei, stres kerjaan menduduki tingkat teratas. Empat puluh persen pekerja Amerika Serikat mengaku mengalami stres kerjaan, dan seperempatnya mengatakan pekerjaan merupakan sumber stres terbesar dalam kehidupan mereka.\r\n\r\nBeberapa penyebab stres kerjaan antara lain :\r\n

    \r\n
  • Tidak bahagia dengan pekerjaan Anda.
  • \r\n

  • Mempunyai beban kerja yang berat atau terlalu banyak tanggung jawab.
  • \r\n

  • Bekerja berjam-jam.
  • \r\n

  • Manajemen yang buruk, harapan yang tidak jelas dari pekerjaan Anda, atau tidak memiliki hak suara dalam proses pengambilan keputusan.
  • \r\n

  • Bekerja di bawah kondisi yang berbahaya.
  • \r\n

  • Merasa tidak aman mengenai kesempatan Anda untuk berkembang atau risiko pemecatan.
  • \r\n

  • Merasa dipaksa untuk berpidato di depan rekan-rekan.
  • \r\n

  • Mengalami diskriminasi atau pelecehan di tempat kerja, terutama jika perusahaan tidak mendukung Anda.
  • \r\n

\r\nTekanan hidup juga dapat memberikan dampak yang besar. Beberapa contoh tekanan hidup antara lain :\r\n

    \r\n
  • Kematian orang yang dicintai.
  • \r\n

  • Perceraian.
  • \r\n

  • Dipecat.
  • \r\n

  • Kenaikan dalam kewajiban keuangan.
  • \r\n

  • Menikah
  • \r\n

  • Pindah ke rumah baru.
  • \r\n

  • Penyakit kronis atau cedera.
  • \r\n

  • Masalah emosional (misalnya depresi, kecemasan, kemarahan, kesedihan, rasa bersalah, rendah diri).
  • \r\n

  • Merawat anggota keluarga yang sakit atau lansia.
  • \r\n

  • Peristiwa traumatis, seperti bencana alam, kemalingan, pemerkosaan, atau kekerasan terhadap Anda atau orang yang Anda cintai.
  • \r\n

\r\nKadang-kadang stres berasal dari dalam dan bukan dari luar. Anda dapat stres sendiri hanya dengan mengkhawatirkan beberapa hal. Semua faktor dibawah ini dapat mengakibatkan stres, antara lain :\r\n

    \r\n
  • Ketakutan dan ketidakpastian. Jika Anda sering mendengar berita tentang ancaman serangan teroris, pemanasan global, dan bahan kimia beracun, maka hal tersebut dapat menyebabkan Anda menjadi stres, terutama karena  Anda merasa seperti tidak mempunyai kendali atas semua hal tersebut. Namun, ketakutan dapat juga terkait dengan hal0hal yang dekat dengan diri Anda, seperti khawatir tidak dapat menyelesaikan proyek di tempat kerja tepat waktu atau tidak memiliki cukup uang untuk membayar tagihan Anda bulan ini.
  • \r\n

  • Sikap dan persepsi. Bagaimana Anda melihat dunia atau situasi tertentu dapat menentukan apakah Anda akan stres atau tidak.   Misalnya, jika televisi Anda dicuri dan Anda mengambil sikap, ” Tidak apa-apa, perusahaan asuransi saya akan membayar untuk televisi yang baru”, maka stres Anda akan lebih rendah dibandingkan jika Anda berpikir, “Televisi saya hilang dan tidak akan pernah kembali! Bagaimana jika pencuri datang lagi ke rumah saya dan mencuri yang lain?”. Contoh lain: orang yang merasa bahwa pekerjaan mereka bagus di tempat kerja akan sedikit stres oleh proyek besar mendatang dibandingkan mereka yang khawatir bahwa mereka tidak kompeten.
  • \r\n

  • Harapan yang tidak realistis. Tidak ada orang yang sempurna. Jika Anda berharap untuk melakukan segalanya dengan benar sepanjang waktu, maka Anda akan merasa stres ketika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
  • \r\n

  • Perubahan. Perubahan besar apapun dalam hidup Anda dapat menyebabkan stres, bahkan acara bahagia seperti pernikahan. Namun, kejadian yang tidak menyenangkan seperti perceraian, penurunan besar kondisi keuangan, atau kematian dalam keluarga dapat menjadi sumber stres yang signifikan.
  • \r\n

\r\nTingkat stres Anda akan berbeda tergantung kepribadian Anda dan bagaimana Anda merespon situasi. Beberapa orang membiarkan semuanya berlalu. Bagi mereka, tekanan kerja dan tekanan hidup merupakan hambatan kecil dalam hidup. Namun bagi beberapa yang lain, mereka sangat mengkhawatirkan tekanan kerja dan hidup tersebut.\r\n

Pengaruh Stres Pada Kesehatan Anda

\r\nKetika Anda berada dalam situasi stres, tubuh Anda memberikan respon fisik. Sistem saraf Anda bekerja, melepaskan hormon yang mempersiapkan Anda untuk melawan atau lari atau yang disebut respon “fight or flight“. Hal ini yang menyebabkan ketika Anda dalam situasi stres, maka jantung Anda berdetak lebih cepat, napas Anda menjadi lebih pendek, otot menegang, dan Anda mulai berkeringat. Stres jenis ini merupakan stres jangka pendek dan sementara (stres akut), dan tubuh Anda biasanya akan pulih dengan cepat.\r\n\r\nTetapi jika sistem stres Anda tetap aktif dalam jangka waktu yang panjang (stres kronis), maka hal itu dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Hormon stres yang konstan keluar terus menerus dapat melelahkan tubuh Anda, menyebabkan tubuh lebih cepat menua dan rentan terhadap penyakit.\r\n\r\nJika Anda sedang stres dalam waktu pendek, Anda mungkin mulai melihat beberapa dari tanda-tanda fisik berikut, antara lain :\r\n

    \r\n
  • Sakit kepala
  • \r\n

  • Kelelahan
  • \r\n

  • Sulit tidur
  • \r\n

  • Sulit berkonsentrasi
  • \r\n

  • Sakit perut
  • \r\n

  • Lekas marah
  • \r\n

\r\nKetika stres berlangsung jangka panjang dan tidak ditangani dengan benar, maka dapat menyebabkan sejumlah kondisi kesehatan yang lebih serius, antara lain :\r\n

    \r\n
  • Depresi
  • \r\n

  • Tekanan darah tinggi
  • \r\n

  • Detak jantung abnormal (aritmia)
  • \r\n

  • Pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
  • \r\n

  • Penyakit jantung
  • \r\n

  • Serangan jantung
  • \r\n

  • Perut mulas, maag, irritable bowel syndrome
  • \r\n

  • Sakit perut seperti kram, sembelit, dan diare
  • \r\n

  • Berat badan naik atau turun
  • \r\n

  • Perubahan gairah seks
  • \r\n

  • Masalah kesuburan
  • \r\n

  • Masalah asma atau arthritis
  • \r\n

  • Masalah kulit seperti jerawat, eksim, dan psoriasis
  • \r\n

\r\nMengelola stres Anda dapat memberikan perbedaan nyata untuk kesehatan Anda. Satu penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan penyakit jantung hidup lebih lama jika mereka menjalani program manajemen stres.\r\n\r\nSumber: WebMD

The post Penyebab Stres appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/penyebab-stres/feed/ 0
Waspada Depresi http://dokita.co/blog/waspada-depresi/ http://dokita.co/blog/waspada-depresi/#respond Fri, 29 Nov 2013 04:57:39 +0000 http://205.186.146.45/?p=9457 (Image courtesy of David Castillo Dominici / freedigitalphotos.net) \r\nKehilangan pekerjaan, penderitaan atas penyakit yang tidak kunjung sembuh, pembatasan terhadap kebebasan tertentu, hingga luka di hati dari orang yang kita sayangi membawa dampak besar secara psikologis. Depresi menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan masalah tersebut, baik bagi kalangan medis maupun masyarakat awam. Namun, pengetahuan akan bahaya depresi... Read more »

The post Waspada Depresi appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Waspada Depresi(Image courtesy of David Castillo Dominici / freedigitalphotos.net)

\r\nKehilangan pekerjaan, penderitaan atas penyakit yang tidak kunjung sembuh, pembatasan terhadap kebebasan tertentu, hingga luka di hati dari orang yang kita sayangi membawa dampak besar secara psikologis. Depresi menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan masalah tersebut, baik bagi kalangan medis maupun masyarakat awam. Namun, pengetahuan akan bahaya depresi secara psikologis maupun medis perlu diketahui masyarakat untuk semakin menyadari bahwa diagnosis tersebut bukanlah suatu perkara mental semata yang mudah ditangani.\r\n\r\nDepresi, secara sederhana, dapat dimengerti sebagai keadaan sedih mendalam hingga terjadinya penurunan aktivitas bermakna bagi kehidupan seseorang tersebut. Menurut pedoman diagnosis dan tatalaksana gangguan jiwa, seseorang dapat dikatakan depresi jika setidaknya ditemukan beberapa dari kriteria berikut: kehilangan semangat bekerja, tidak nafsu makan, rasa sedih mendalam, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, berkurangnya konsentrasi dan perhatian, merasa diri tidak berguna, menarik diri dari lingkungan, hingga keinginan bunuh diri. Kondisi depresi berat dapat disertai dengan kesaksian pasien akan adanya halusinasi suara atau paham tidak wajar yang dianut oleh pasien tersebut.\r\n\r\nSalah satu hal terpenting dalam memantau seseorang yang mengalami depresi adalah keinginan bunuh diri. Disesuaikan dengan kondisi saat itu, semua pasien yang mengalami depresi wajib ditanyakan mengenai keinginan bunuh diri. Tidak ada bukti bahwa menanyakan hal tersebut menjadi pemicu keinginan bunuh diri, bahkan tindakan tersebut menunjukkan kepedulian akan besarnya masalah sekaligus menjadi jalan pembuka komunikasi dari seorang dengan depresi. Tidak semata-mata menanyakan keinginan, penting untuk diketahui cara dan waktu seseorang tersebut untuk bunuh diri. Dokter dapat menilai kebutuhan perawatan intensif pasien dengan keinginan bunuh diri, terutama bunuh diri terencana.\r\n\r\nDepresi memiliki dampak timbal-balik antar penyakit. Kanker, gangguan jantung, saraf, maupun penyakit lain yang belum ada obatnya sangat berpotensi menimbulkan depresi pada penderitanya seiring dengan dampaknya pada individu, keluarga, maupun aktivitas sosial yang biasa dikerjakannya. Keterbatasan pasien untuk masuk dalam kehidupan normalnya menjadi awal timbulnya depresi yang patut diwaspadai. Sebaliknya, depresi sendiri turut menyumbangkan diri menjadi penyebab sejumlah penyakit yang telah disebutkan, termasuk asma, osteoporosis, kencing manis, radang sendi, hingga membahayakan kehamilan. Masalah nutrisi, gangguan tidur, rendahnya minta seksual, lemahnya daya tahan tubuh, dsb juga tidak jarang ditemui pada pasien depresi.\r\n

Lingkup Penanganan Depresi

\r\nPenanganan pasien depresi mencakup banyak pihak, tetapi, menurut pengalaman penulis, jarang yang memanfaatkannya dengan baik. Keluarga terdekat merupakan lini pertama dalam mengenal masalah depresi dan memberikan dukungan kesembuhan. Dokter pun dapat dimintai pendapat dan saran untuk menangani pasien depresi mengingat ilmu kejiwaan juga dipelajari di fakultas kedokteran. Psikolog juga memberikan dukungan yang sama dalam membantu penanganan kasus kejiwaan. Perbedaan dokter dan psikolog adalah wewenang pemberian obat dan pengenalan kasus-kasus medis yang mungkin menjadi pemicu dari masalah depresi. Dokter spesialis kejiwaan tentu lebih ahli dalam menangani kasus-kasus tersebut, tetapi sebenarnya pasien baru boleh ditangani dokter spesialis jika dokter umum yang menemukan pertama kali tidak dapat membantu mengatasi masalah beratnya depresi yang dialami pasien tersebut.\r\n\r\nPengenalan tindakan yang tepat dalam menangani depresi menjadi perhatian tersendiri karena minimnya sosialisasi dari kalangan medis sekalipun. Anda dapat membantu mengatasi masalah dari seorang pasien depresi dengan cara tetap memberikan perhatian pada pasien tersebut. Menunggu dengan sabar agar pasien mengutarakan perasaannya tentu membantu selain tentunya menyatakan bahwa Anda siap membantu jika ada yang diperlukan dari pasien. Mengajukan pembicaraan mengenai suatu topic dari sudut pandang yang berlawanan dari pemikiran negatif pasien juga turut membantu. Pujian akan tindakan yang benar dari pasien menjadi “obat” tersendiri bagi pasien tersebut. Anda juga dapat mengajak mereka untuk beraktivitas rutin yang cukup ringan untuk dikerjakan dan mampu diselesaikan oleh pasien dengan tetap mengawasi kemungkinan penyalahgunaan dari aktivtias tersebut bagi diri pasien. Sekalipun sudah ditangani dokter spesialis, peran pengawasan dan dukungan keluarga di rumah sangatlah besar pengaruhnya dalam menjaga kesehatan jiwa pasien tersebut, apalagi jika masalah yang menjadi pemicu depresi pasien berasal dari keluarganya sendiri.\r\n\r\nPerbaikan pada lingkungan rumah juga dianjurkan. Pencahayaan yang cukup terang terbukti dapat memperbaiki suasana perasaan pasien depresi. Perhatikan bahwa pada pasien dengan depresi berat, menjauhkan benda-benda yang dapat dipakai untuk melukai diri sendiri sangatlah penting. Ada baiknya pula pasien tidak diberi akses untuk naik ke lantai atas untuk mencegah kemungkinan bunuh diri dengan cara melompat.\r\n\r\nTidak ada obat-obatan yang dijual bebas untuk mengatasi depresi. Obat-obatan tersebut hanyalah membantu untuk memperbaiki suasana perasaan sekaligus mencegah berulangnya episode depresi dari pasien tersebut. Selain itu, seiring dengan adanya efek samping seperti peningkatan berat badan, rasa kantuk, kejang, gangguan metabolism hormon, kencing manis, hingga kemungkinan masalah jantung, obat-obatan tersebut hanya bersifat pendukung dan hanya boleh diresepkan oleh dokter. Durasi dan cara pemakaiannya pun perlu dipantau dengan sepengetahuan dokter. Dengan demikian, kontrol rutin memang diperlukan oleh dokter.\r\n\r\nJadi, keluarga memegang peranan penting untuk menolong pasien depresi. Konsultasi pada ahlinya tentu dianjurkan untuk mendapatkan saran perawatan dalam hal pengobatan maupun cara memberikan dukungan kepada pasien. Dengan demikian, banyaknya kasus depresi di masyarakat dapat ditangani dengan lebih baik.\r\n\r\nSumber:\r\n

    \r\n
  1. Maslim R, editor. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. 2001.
  2. \r\n

  3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock’s Pocket Handbook of Clinical Psychiatry.
  4. \r\n

  5. Moussavi S, et al. Depression, chonic diseases, and decrements in health: results from World Health Surveys. The Lancet. 2007.
  6. \r\n

  7. Wu Q, et al. Depression and low bone mineral density: a meta-analysis of epidemiologi studies. Osteoporos Int. 2009.
  8. \r\n

  9. Baldwin DS, Birtwistle J. An Atlas of Depression. Southampton: The Parthenon Publishing Group. 2002.
  10. \r\n

\r\nTeks: Naldo Sofian

The post Waspada Depresi appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/waspada-depresi/feed/ 0
Mengatasi Depresi http://dokita.co/blog/mengatasi-depresi/ http://dokita.co/blog/mengatasi-depresi/#comments Mon, 11 Nov 2013 02:00:10 +0000 http://205.186.146.45/?p=9147 (Image courtesy of Ambro / freedigitalphotos.net) \r\nPernahkah rasa kosong dan tak berarti mendera perasaan Anda atau orang-orang yang pernah Anda kenal?\r\n\r\nR, 45 tahun, selama ini dikenal sebagai wanita karier yang ceria, humoris, dan percaya diri. Pernikahannya pun bahagia, dikaruniai tiga orang anak. Segalanya berubah ketika R divonis menderita kanker payudara stadium 3. R kini seringkali murung... Read more »

The post Mengatasi Depresi appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Mengatasi Depresi(Image courtesy of Ambro / freedigitalphotos.net)

\r\nPernahkah rasa kosong dan tak berarti mendera perasaan Anda atau orang-orang yang pernah Anda kenal?\r\n\r\nR, 45 tahun, selama ini dikenal sebagai wanita karier yang ceria, humoris, dan percaya diri. Pernikahannya pun bahagia, dikaruniai tiga orang anak. Segalanya berubah ketika R divonis menderita kanker payudara stadium 3. R kini seringkali murung walaupun orang-orang di sekitarnya mencoba segala cara untuk menghiburnya. Di tengah malam seringkali R menangis tiba-tiba, dan sulit untuk mengendalikan air matanya supaya tidak menetes lagi. Akibatnya, pekerjaan R mulai amburadul, begitupula kondisi kesehatannya semakin memburuk. Anak-anak R pun tidak berani banyak berinteraksi dengan R yang menjadi mudah marah dan emosional. Apa yang R alami bukan hal luar biasa. Banyak diantara kita yang pernah mengalami kondisi seperti R atau pernah menyaksikan sendiri orang terdekat kita yang berperilaku seperti R.\r\n

Kesedihan Jangka Panjang

\r\nBadan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit yang membebani masyarakat global, setelah penyakit jantung dan pembuluh darah.\r\n\r\nDepresi adalah gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan seseorang untuk menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.\r\n\r\nAda banyak faktor yang bisa memicu terjadinya depresi seperti faktor biologi, psikologi, hidup penuh stres dan bayang-bayang trauma:\r\n

    \r\n
  1. Biologis. Faktor genetik mempengaruhi risiko depresi pada seseorang. Seseorang akan lebih berisiko mengalami depresi jika ada riwayat anggota keluarga yang mengalami depresi. Faktor lain yang ikut berperan adalah kondisi kesehatan. Penelitian menunjukkan orang yang memiliki riwayat serangan jantung memiliki risiko 65 persen mengalami depresi. Faktor lain yang tak bisa dipungkiri adalah jenis kelamin. Perempuan memiliki potensi dua kali lebih besar untuk mengalami depresi. Perubahan hormon yang terjadi dalam siklus hidup perempuan seperti haid, hamil, melahirkan, dan menopause membuat perempuan lebih berisiko mengalami depresi daripada pria.
  2. \r\n

  3. Psikologis. Penelitian menunjukkan orang yang memiliki karakter pesimis lebih berpeluang besar mengalami depresi.
  4. \r\n

  5. Hidup yang stres. Orang yang depresi pada umumnya pernah melawati masa-masa sulit. Kehilangan keluarga yang meninggal, divonis menderita penyakit serius, bercerai, dan pengalaman lain yang menimbulkan trauma bisa memicu depresi.
  6. \r\n

  7. Obat-obatan. Pemakaian obat-obatan tertentu dan alkohol juga bisa menimbulkan gejala depresi.
  8. \r\n

\r\n

Faktor Risiko

\r\nDr. Andri, SpKJ, kepala Klinik Psikomatik Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai risiko yang sama untuk mengalami depresi. Risiko depresi semakin besar pada pasien yang mengalami gangguan medis terutama gangguan medis kronis seperti kanker, kencing manis, stroke dan gangguan reumatik.\r\n\r\nIndividu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti berikut:\r\n

    \r\n
  1. Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong.
  2. \r\n

  3. Perasaan putus asa dan pesimis.
  4. \r\n

  5. Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.
  6. \r\n

  7. Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati.
  8. \r\n

  9. Penurunan energi dan mudah kelelahan.
  10. \r\n

  11. Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
  12. \r\n

  13. Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.
  14. \r\n

  15. Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis.
  16. \r\n

  17. Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri.
  18. \r\n

  19. Gelisah dan mudah tersinggung.
  20. \r\n

  21. Terus menerus mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis.
  22. \r\n

\r\n

Cara Mengatasi Depresi

\r\n

    \r\n
  1. Istirahat cukup, olahraga, dan makan sehat.
  2. \r\n

  3. Ekspresikan emosi.
  4. \r\n

  5. Pilih kegiatan positif atau berteman dengan energi positif.
  6. \r\n

  7. Tinggalkan rutinitas.
  8. \r\n

  9. Lakukan meditasi atau yoga.
  10. \r\n

  11. Membaca buku.
  12. \r\n

  13. Minta bantuan dari professional
  14. \r\n

\r\nSumber: Dokter dr Andri, SpKJ Kepala Klinik Psikomatik Rumah Sakti Omni Alam Sutera

The post Mengatasi Depresi appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/mengatasi-depresi/feed/ 2
Mengenal Bipolar Disorder http://dokita.co/blog/mengenal-bipolar-disorder/ http://dokita.co/blog/mengenal-bipolar-disorder/#respond Wed, 06 Nov 2013 02:02:20 +0000 http://205.186.146.45/?p=8898 (Image courtesy of David Castillo / freedigitalphotos.net) \r\nBertemu dengan seorang rekan atau teman dengan mood yang cepat sekali berubah, tidak bisa diprediksi, tentunya sangat mengganggu proses bekerja. Namun ada faktor yang perlu kita telusuri untuk lebih memahami orang-orang khusus tersebut.\r\n Moody Vs Mood Swing \r\nBipolar disorder, atau yang sebelumnya disebut manic depression, adalah penyakit berupa perubahan... Read more »

The post Mengenal Bipolar Disorder appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Mengenal Bipolar Disorder(Image courtesy of David Castillo / freedigitalphotos.net)

\r\nBertemu dengan seorang rekan atau teman dengan mood yang cepat sekali berubah, tidak bisa diprediksi, tentunya sangat mengganggu proses bekerja. Namun ada faktor yang perlu kita telusuri untuk lebih memahami orang-orang khusus tersebut.\r\n

Moody Vs Mood Swing

\r\nBipolar disorder, atau yang sebelumnya disebut manic depression, adalah penyakit berupa perubahan mood secara ekstrim, dimulai dari perasaan bahagia yang berlebihan hingga rasa sedih yang berlarut-larut, bahkan memiliki niat untuk bunuh diri.\r\nPenderita bipolar disorder mengalami dua fase mood secara umumnya, yaitu manic (keadaan ketika penderita merasa sangat bahagia dan percaya diri, bahkan sampai memiliki ilusi mengenai hal-hal yang tidak nyata) dan depressive/depresi (keadaan ketika penderita merasa sangat sedih dan depresi). Kebanyakan dari penderita bipolar disorder lebih sering merasakan depresi daripada perasaan gembira yang berlebihan.\r\n\r\nHingga saat ini, belum ditemukan penyebab utama seseorang menderita bipolar disorder, meskipun beberapa meyakini bahwa penyakit ini didapatkan karena keturunan. Lingkungan tempat tinggal dan kerja juga diduga berperan penting terhadap berkembangnya bipolar disorder. Bipolar disorder juga mungkin disebabkan oleh masalah dari senyawa kimia otak yang disebut neurotransmitter.\r\n\r\nPara peneliti belum menemukan ciri-ciri pasti untuk menentukan apakah seseorang benar-benar menderita bipolar disorder. Biasanya, seseorang akan ditanyakan beberapa pertanyaan detail oleh dokter mengenai keseharian mereka, riwayat penyakit yang diderita oleh diri sendiri/keluarga, dan cek kesehatan secara menyeluruh untuk mengetahui apakah dia benar menderita bipolar disorder. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri umum pada gangguan jiwa ini.\r\n\r\nCiri-ciri fase manic:\r\n

    \r\n
  • Perasaan bahagia yang berlebihan dan optimisme yang tinggi.
  • \r\n

  • Tiba-tiba merasa sangat marah dan terganggu.
  • \r\n

  • Merasa gelisah
  • \r\n

  • Cara bicara yang cepat dan konsentrasi yang buruk
  • \r\n

  • Tenaga yang berlebihan dan tidak membutuhkan tidur
  • \r\n

  • Nafsu seks yang tinggi
  • \r\n

  • Membuat rencana-rencana yang tidak realistis
  • \r\n

  • Menunjukkan penilaian yang buruk
  • \r\n

  • Ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol
  • \r\n

  • Menjadi sangat impulsif
  • \r\n

\r\nCiri-ciri fase depressive:\r\n

    \r\n
  • Kesedihan yang berlarut-larut
  • \r\n

  • Kehilangan tenaga
  • \r\n

  • Merasa putus harapan dan tidak berharga
  • \r\n

  • Tidak lagi menyukai hal-hal yang pernah disukai
  • \r\n

  • Susah berkonsentrasi
  • \r\n

  • Menangis secara berlebihan
  • \r\n

  • Kesulitan untuk membuat keputusan
  • \r\n

  • Cepat marah
  • \r\n

  • Membutuhkan lebih banyak tidur
  • \r\n

  • Insomnia
  • \r\n

  • Perubahan nafsu makan secara drastis
  • \r\n

  • Memiliki niat untuk bunuh diri
  • \r\n

\r\n

Penanganan Bipolar Disorder

\r\nBipolar disorder dapat diobati dengan perawatan secara teratur dalam jangka panjang. Pengobatan yang utama adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter. Obat-obatan tersebut disebut penyeimbang mood dan harus dikonsumsi setiap hari, meskipun ketika penderita bipolar disorder merasa sehat dan baik-baik saja. Obat yang disebut antipsychotic membantu mengontrol fase manic penderita dan antidepressants bermanfaat untuk mengontrol fase depressive.\r\n\r\nPsikoterapi juga biasanya disarankan untuk membantu kondisi psikis penderita bipolar disorder. Berkonsultasi tidak hanya dengan ahli psikis, namun dengan keluarga/teman terdekat sangat membantu penderita bipolar disorder untuk memperbaiki masalah dalam menjalin hubungan yang dialami.\r\n\r\nHal yang penting bagi penderita bipolar disorder adalah perawatan sehari-hari untuk mengontrol mood mereka, yaitu:\r\n

    \r\n
  • Minum obat yang diberikan secara teratur dan tepat setiap hari.
  • \r\n

  • Berolahraga secara teratur, jika memungkinkan dalam sehari berolahraga selama 30 menit.
  • \r\n

  • Tidur yang cukup, membiasakan diri untuk tidur dalam waktu yang sama setiap harinya dengan lampu kamar dimatikan.
  • \r\n

  • Pola makan yang sehat.
  • \r\n

  • Tidak mengonsumsi minuman keras dan narkotika.
  • \r\n

  • Membatasi minum kopi/teh yang mengandung kafein.
  • \r\n

\r\nYang paling dibutuhkan oleh penderita bipolar disorder bukan hanya obat-obatan dan pengobatan yang intensif, namun juga dukungan moral dari keluarga. Maka, pastikan Anda tidak lantas menjauhi anggota keluarga Anda jika ada yang didiagnosa menderita bipolar disorder.\r\n\r\nTeks: Silviani

The post Mengenal Bipolar Disorder appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/mengenal-bipolar-disorder/feed/ 0
Ketika Anak Berperilaku Temper Tantrum http://dokita.co/blog/ketika-anak-berperilaku-temper-tantrum/ http://dokita.co/blog/ketika-anak-berperilaku-temper-tantrum/#respond Mon, 04 Nov 2013 04:50:15 +0000 http://205.186.146.45/?p=8896 (Image courtesy of imagerymajestic / freedigitalphotos.net) \r\nSeringkali kita temui, ada anak yang tetap menggunakan tangisan, teriakan, dan tindakan agresif sebagai strategi untuk mendapatkan keinginannya.\r\n Kenali Kebutuhan Si Kecil \r\nSeorang bayi terlahir dalam kondisi tergantung pada orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya, seperti makanan, kehangatan, dan kasih sayang. Namun, mereka belum mampu mengutarakan keinginan dan kebutuhan mereka... Read more »

The post Ketika Anak Berperilaku Temper Tantrum appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
Ketika Anak Berperilaku Temper Tantrum(Image courtesy of imagerymajestic / freedigitalphotos.net)

\r\nSeringkali kita temui, ada anak yang tetap menggunakan tangisan, teriakan, dan tindakan agresif sebagai strategi untuk mendapatkan keinginannya.\r\n

Kenali Kebutuhan Si Kecil

\r\nSeorang bayi terlahir dalam kondisi tergantung pada orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya, seperti makanan, kehangatan, dan kasih sayang. Namun, mereka belum mampu mengutarakan keinginan dan kebutuhan mereka dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya. Bentuk komunikasi yang digunakan oleh bayi adalah dengan menangis sebagai tanda bahwa ia membutuhkan sesuatu atau merasa tidak nyaman. Menangis merupakan cara paling ampuh dan terkadang merupakan satu-satunya cara yang dilakukan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka. Hampir semua orang dewasa di seluruh dunia akan cepat merespons bayi yang menangis (Broude, 1995 dalam Papalia et.al., 2001).\r\n\r\nDengan bertambahnya usia, semakin meningkat pula kemampuan anak untuk berkomunikasi secara verbal, menyampaikan keinginannya atau menceritakan pengalamannya dalam bentuk kata-kata. Menurut Encyclopedia of Children’s Health, perilaku tantrum ini dapat merupakan ekspresi dari rasa frustrasi anak karena ketidakmampuannya untuk mencapai target atau menyelesaikan aktivitas yang mereka lakukan atau usahakan. Selain itu, dapat pula merupakan ekspresi frustrasi karena mereka merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka. Di lain pihak, perilaku tantrum mungkin merupakan suatu usaha anak untuk mendapatkan perhatian dari orangtua atau pengasuhnya, atau usaha untuk memanipulasi situasi.\r\n\r\nMenangis, berteriak, dan melakukan gerakan tubuh yang dapat menyakiti dirinya, seperti melempar barang, menjatuhkan diri ke lantai, dan membenturkan kepala, tangan, atau kaki ke lantai sebagai ekspresi dari kemarahan dan frustrasinya adalah rangkaian peristiwa yang kita kenal sebagai ‘perilaku tantrum’ atau ‘temper tantrum’. Perilaku tantrum ini, kerap muncul pada anak-anak berusia 2-4 tahun, di mana mereka sudah mampu berkomunikasi dengan kata-kata, tetapi belum memiliki keterampilan berbahasa yang cukup untuk dapat mengekspresikan emosi atau pun dalam banyak situasi untuk membuat mereka dimengerti oleh orang lain. Dari segi kognitif, mereka masih berada pada tahap pre-operational, di mana ada beberapa cara berpikir mereka yang belum cukup logis. Mereka masih menunjukkan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan anak untuk melibatkan atau mempertimbangkan sudut pandang orang lain. Mereka menggunakan kata-kata hanya untuk menuntut apa yang mereka inginkan, belum mampu bernegosiasi dengan orang lain.\r\n\r\nPada usia ini pula, anak-anak juga sedang berada pada tahap autonomy, di mana mereka sedang mengembangkan kemandirian dan otoritas mereka, sehingga kerap kali terjadi, mereka berusaha melakukan sendiri kegiatan-kegiatan mereka. Mereka menolak dibantu dan diajari oleh orang lain. Sebaliknya, mereka berusaha mengendalikan lingkungannya, memiliki ide, ketertarikan minat, dan ingin mengambil keputusan sendiri. Tak jarang hal ini berbenturan dengan aturan yang berlaku di lingkungan sosialnya. Sepertinya ada kecenderungan mereka semaunya, memaksakan kehendak, atau bahkan melanggar aturan yang ada (testing the limit). Di sinilah perlunya konsistensi dari penerapan aturan yang ada, sehingga ada garis yang jelas bagi mereka, mengenai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.\r\n\r\nBerikut ini adalah beberapa tips khusus dari Psikolog Anak, Ami Puspasari, mengenai bagaimana menghadapi perilaku anak temper tantrum.\r\n

    \r\n
  1. Berikan reward. Perilaku tantrum dapat berlanjut ketika anak memperoleh reward atau penguatan dari perilakunya tersebut, misalnya mendapatkan keinginannya (orang di sekitarnya akan cenderung memberikan yang diinginkannya) atau memanipulasi situasi yang membuatnya memperoleh apa yang diinginkannya (ketika tantrum dilakukan di area umum yang membuat orangtua malu, sehingga memberikan apa yang diminta anak agar ia segera diam). Untuk itu, disarankan agar orangtua tetap konsisten terhadap anaknya.
  2. \r\n

  3. Ketegasan dan konsistensi orang tuaKonsistensi sebaiknya dilakukan oleh kedua belah pihak orangtua. Bila ada orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak, misalnya nanny atau kakek-nenek, ada baiknya mereka dilibatkan juga untuk melakukan pola pengasuhan yang sama. Untuk itu, orangtua disarankan untuk membuat kesepakatan bersama, apa yang boleh dan tidak boleh bagi anak. Jangan sampai ada perbedaan pendapat, di mana ayah mengatakan boleh, sedangkan ibu tidak boleh, misalnya. Jika hal tersebut terjadi, akan menimbulkan kebingungan pada anak, dan sulit baginya untuk mempelajari aturan karena adanya ketidakkonsistenan tersebut. Bisa jadi hal tersebut dimanfaatkan anak untuk memanipulasi situasi, sehingga ia selalu mendapatkan keinginannya.
  4. \r\n

  5. Tepati janji ke anak. Jangan menunggu anak menangis ketika akan memberikan sesuatu, karena jika demikian, anak akan belajar menggunakan tangisan sebagai alat atau senjata untuk mencapai tujuannya. Jika anak meminta sesuatu dan orangtua mengijinkan, sebaiknya segera diberikan. Jika dari awal orangtua mengatakan tidak, maka sebaiknya tetap tidak diberikan (barang ataupun ijin, misalnya) sekalipun anak menangis. Jika ada jangka waktu tertentu sesuai persyaratan (boleh main setelah selesai makan siang, misalnya), maka sebaiknya orangtua memenuhi janjinya. Dengan selalu menepati janji, anak akan belajar bahwa orangtuanya konsisten dan anak akan semakin mengembangkan rasa percayanya (trust) kepada orangtuanya.
  6. \r\n

  7. Ajarkan anak berkomunikasi. Mengajarkan anak berkomunikasi dengan cara yang baik dan benar, bukan dengan menangis atau merengek. Ajarkan kepada anak untuk menggunakan kata-kata yang menunjukkan kesopanan, seperti ‘Tolong’, ‘please’, ‘permisi’, ‘terima kasih’, dan ‘maaf’.
  8. \r\n

  9. Jangan pakai kekerasan. Hindari mengingatkan atau memarahi anak dengan cara meneriaki atau memukul (dengan cara kekerasan), karena hal tersebut justru akan memberikan contoh kepada anak, bahwa ketika marah atau tidak suka terhadap sesuatu, seseorang dapat berteriak atau memukul untuk mendapatkan keinginannya. Berikan waktu baginya untuk menenangkan diri (time out), atau berikan pelukan sejenak. Setelah anak tenang, lakukan diskusi membahas kejadian yang baru saja dialami. Melalui diskusi ini, anak dapat mempelajari tentang konteks sosial, hubungan sebab akibat (berkaitan dengan peraturan dan konsekuensi), meregulasi emosi, dan meningkatkan keterampilan verbalnya (mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan kata-kata).
  10. \r\n

  11. Negosiasi dengan anak. Buat perjanjian atau prosedur sebelum melakukan sesuatu, terutama jika kegiatan akan dilakukan di tempat umum. Ada kecenderungan orangtua akhirnya memenuhi yang diminta anaknya, untuk menghindari rasa malu karena anaknya menangis atau berguling-gulingan di tempat umum. Sebelum pergi ke mal atau ke tempat permainan anak-anak, diskusikan terlebih dahulu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak di sana, beserta konsekuensinya. Sebagai contoh, acara ke mal hari itu hanya untuk makan malam dan menonton bersama, belum waktunya bagi anak untuk mendapatkan haknya membeli mainan. Jika anak menampilkan tantrum, orangtua dapat memberikan konsekuensi untuk menghilangkan acara menonton bersama dan langsung pulang. Diperlukan kebesaran hati orangtua untuk mengorbankan hal kecil (dalam kasus ini, mengorbankan harga tiket menonton yang sudah dibayar atau mengorbankan kesenangan orangtua untuk melakukan window shopping, misalnya), demi terciptanya perilaku yang lebih baik pada anak ke depannya.
  12. \r\n

\r\nNara Sumber: Ami Puspasari, Psikolog.

The post Ketika Anak Berperilaku Temper Tantrum appeared first on Dokita - Dokter Kita.

]]>
http://dokita.co/blog/ketika-anak-berperilaku-temper-tantrum/feed/ 0