(Image courtesy of Ambro / freedigitalphotos.net)
\r\nPernahkah rasa kosong dan tak berarti mendera perasaan Anda atau orang-orang yang pernah Anda kenal?\r\n\r\nR, 45 tahun, selama ini dikenal sebagai wanita karier yang ceria, humoris, dan percaya diri. Pernikahannya pun bahagia, dikaruniai tiga orang anak. Segalanya berubah ketika R divonis menderita kanker payudara stadium 3. R kini seringkali murung walaupun orang-orang di sekitarnya mencoba segala cara untuk menghiburnya. Di tengah malam seringkali R menangis tiba-tiba, dan sulit untuk mengendalikan air matanya supaya tidak menetes lagi. Akibatnya, pekerjaan R mulai amburadul, begitupula kondisi kesehatannya semakin memburuk. Anak-anak R pun tidak berani banyak berinteraksi dengan R yang menjadi mudah marah dan emosional. Apa yang R alami bukan hal luar biasa. Banyak diantara kita yang pernah mengalami kondisi seperti R atau pernah menyaksikan sendiri orang terdekat kita yang berperilaku seperti R.\r\n
Kesedihan Jangka Panjang
\r\nBadan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit yang membebani masyarakat global, setelah penyakit jantung dan pembuluh darah.\r\n\r\nDepresi adalah gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan seseorang untuk menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.\r\n\r\nAda banyak faktor yang bisa memicu terjadinya depresi seperti faktor biologi, psikologi, hidup penuh stres dan bayang-bayang trauma:\r\n
- \r\n
- Biologis. Faktor genetik mempengaruhi risiko depresi pada seseorang. Seseorang akan lebih berisiko mengalami depresi jika ada riwayat anggota keluarga yang mengalami depresi. Faktor lain yang ikut berperan adalah kondisi kesehatan. Penelitian menunjukkan orang yang memiliki riwayat serangan jantung memiliki risiko 65 persen mengalami depresi. Faktor lain yang tak bisa dipungkiri adalah jenis kelamin. Perempuan memiliki potensi dua kali lebih besar untuk mengalami depresi. Perubahan hormon yang terjadi dalam siklus hidup perempuan seperti haid, hamil, melahirkan, dan menopause membuat perempuan lebih berisiko mengalami depresi daripada pria.
- Psikologis. Penelitian menunjukkan orang yang memiliki karakter pesimis lebih berpeluang besar mengalami depresi.
- Hidup yang stres. Orang yang depresi pada umumnya pernah melawati masa-masa sulit. Kehilangan keluarga yang meninggal, divonis menderita penyakit serius, bercerai, dan pengalaman lain yang menimbulkan trauma bisa memicu depresi.
- Obat-obatan. Pemakaian obat-obatan tertentu dan alkohol juga bisa menimbulkan gejala depresi.
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
Faktor Risiko
\r\nDr. Andri, SpKJ, kepala Klinik Psikomatik Rumah Sakit Omni Internasional, Alam Sutera menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai risiko yang sama untuk mengalami depresi. Risiko depresi semakin besar pada pasien yang mengalami gangguan medis terutama gangguan medis kronis seperti kanker, kencing manis, stroke dan gangguan reumatik.\r\n\r\nIndividu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti berikut:\r\n
- \r\n
- Terus menerus merasa sedih, cemas, atau suasana hati yang kosong.
- Perasaan putus asa dan pesimis.
- Perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berharga.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi dan kegiatan yang pernah dinikmati.
- Penurunan energi dan mudah kelelahan.
- Kesuultan berkonsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan.
- Insomnia, pagi hari terbangun, atau tidur berlebihan.
- Nafsu makan berkurang bahkan sangat berlebihan. Penurunan berat badan bahkan penambahan berat badan secara drastis.
- Selalu berpikir kematian atau bunuh diri, percobaan bunuh diri.
- Gelisah dan mudah tersinggung.
- Terus menerus mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis.
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
Cara Mengatasi Depresi
\r\n
- \r\n
- Istirahat cukup, olahraga, dan makan sehat.
- Ekspresikan emosi.
- Pilih kegiatan positif atau berteman dengan energi positif.
- Tinggalkan rutinitas.
- Lakukan meditasi atau yoga.
- Membaca buku.
- Minta bantuan dari professional
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\nSumber: Dokter dr Andri, SpKJ Kepala Klinik Psikomatik Rumah Sakti Omni Alam Sutera
betul juga sih…..alx aq pernah mengalaminya tpi alhamndulilah cepat teratasi…….
Selamat Sore,\n\nTerima kasih sudah mengunjungi Dokita.\nSenang rasanya artikel tentang mengatasi depresi ini dapat memberikan informasi bagi Anda.\n\nSalam Sehat Selalu,\n\nTim Dokita.\nJangan lupa untuk berbelanja sehat di store kami http://www.dokita.co/store