(Image courtesy of Victor Habbick / freedigitalphotos.net)
\r\n\r\n
Cantik Lewat Operasi Plastik
\r\nEra K-pop yang semakin menjamur di masa kini memopulerkan pentingnya penampilan fisik. Operasi plastik menjadi tindakan praktis yang seringkali dicari mereka yang mengejar hal tersebut. Namun, berita mengenai kematian akibat tindakan tersebut pernah merebak. Mengenal indikasi, cara, dan kemungkinan efek samping yang timbul menjadi pertimbangan yang perlu diketahui terlebih dahulu sebelum memutuskan pemakaian operasi plastik untuk perbaikan kosmetik Anda.\r\n\r\nPada dasarnya, operasi plastik merupakan tindakan untuk “merubah bentuk”. Dari kata plastic, tindakan tersebut memang ditujukan untuk merubah tubuh manusia sesuai kebutuhan. Tindakan tersebut dapat dilakukan pada semua organ tubuh, tetapi umumnya dilakukan pada kulit, kelamin, dan payudara. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki penampilan oleh sebab apapun. Regio kulit yang diterapi dengan bedah plastik sangatlah luas, mencakup wajah, payudara, tangan, lengan, perut, dan paha.\r\n\r\nSejumlah indikasi menjadi dasar perlunya tindakan tersebut diambil mengingat pengobatan lain kurang memberi hasil maksimal. Kasus-kasus trauma atau luka bakar banyak sekali memerlukan tindakan perawatan bedah plastik untuk memperbaiki penampilan akibat luka yang tidak kunjung sembuh dan bentuk yang merusak penampilan. Kasus luka bakar maupun penyiraman air keras menjadi “jatah” dokter bedah plastik untuk menanganinya. Kelainan kecacatan janin seperti bibir sumbing dan lubang kencing yang salah letak juga membutuhkan konsultasi dari dokter bedah plastik.\r\n\r\nProsedur yang dilakukan oleh seorang dokter bedah plastik berbeda dibandingkan ahli lainnya. Karena pekerjaannya sebagai dokter, informasi mengenai keluhan dan hasil beberapa pemeriksaan fisik maupun laboratorium diperlukan pula untuk menentukan batasan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter pada saat itu. Pengetahuan mengenai bagaimana strutktur kulit yang hendak dioperasi dari permukaan hingga ke tulang secara mikroskopis yang menjadi dasarnya, serta pengenalan reaksi daya tahan tubuh dan infeksi menjadikan profesi ini tidak sembarang orang dapat menjalaninya. Penggunaan obat-obatan dan alat penunjang lain sebagai sarana pengobatan dengan ilmu bedah plastik pun menjadi suatu keharusan. Untuk mencegah kemungkinan komplikasi, obat-obatan dan alat-alat keselamatan pasien pun harus lihai digunakkan oleh dokter bedah plastik. Dengan demikian, dokter bedah plastik dapat memastikan akurasi hasil kerjanya dalam memperbaiki berbagai luka, kecacatan, hingga mengubah bentuk tampilan wajah ala artis-artis Korea.\r\n
Mengenal Bahan dan Dampak Jangka Panjang Operasi Plastik
\r\nDampak lanjutan penggunaan operasi plastik bagi tubuh pasien dengan alasan kosmetik saja terkesan kurang populer diperbincangkan di masyarakat. Seakan-akan tindakan tersebut merupakan perkara mudah di mata orang awam, operasi bedah plastik tetap merupakan sebuah prosedur medis dengan manfaat dan risikonya. Ambil saja contoh kasus trauma berat yang menyebabkan terbukanya jaringan di dasarnya secara luas, penggunaan bagian kulit lain yang disambungkan sementara pada bagian trauma (disebut skin flap), mengecilnya masa otot akibat persambungan yang berjangka waktu lama tersebut mudah sekali tampak. Mungkin Anda juga pernah mendengar seseorang yang menderita kanker payudara setelah pemasangan silicon atau kematian pada mereka yang menjalani sedot lemak.\r\n\r\nSejumlah bahan dan tindakan yang terjadi selama proses tersebut memiliki beberapa kekhususan dan efek samping yang dapat timbul. Bahan yang ditanam dalam tubuh terbagi menjadi tiga kategori besar: metal, polimer, dan biologis. Metal umum digunakan untuk rekonstruksi tulang, sedangkan agen biologis, seperti kolagen, banyak digunakan untuk perbaikan jaringan lunak (luka, bibir, hidung, dsb). Silikon, salah satu polimer, menjadi bahan yang terkenal dalam operasi plastic, terutama untuk memperbesar payudara. Hati-hati bahwa silicon yang dimaksud adalah bahan polimer dari dimetilsiloxane sehingga silicon berbentuk gel, sedangkan silicon cair memang belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) oleh karena reaksi simpang yang ditimbulkannya. Sejauh ini, silicon gel tidak dipasarkan secara bebas sehingga hanya dokter bedah plastik yang diperbolehkan menggunakannya. Bentuk gel tersebut umumnya digunakan untuk memperbaiki kontrur, operasi rekonstruksi payudara, dan daerah pantat. Ada pula bahan silicon padat diindikasikan pada perbaikan paha, dagu, hingga sendi. Sebagai obat-obatan penunjang, terdapat sejumlah zat yang diberikan untuk memberikan hasil maksimal dalam pengerjaan operasi plastik. Ada pula penggunaan derivat dari racun bakteri tertentu, seperti racun botulinum, untuk membantu mengencangkan kulit wajah yang tentunya digunakan hanya dengan dosis dan cara tertentu saja. Obat-obat penekan reaksi radang dan daya tahan tubuh juga sangat mungkin digunakan untuk mencegah reaksi tubuh terhadap pajanan benda asing yang dipakai dalam prosedur bedah plastik.\r\n\r\nSecara khusus, masalah lanjutan dari operasi plastik di wajah memiliki beberapa tuntutan yang pasti ada di benak Anda. Dalam kaitannya secara ilmu kedokteran, Anda harus mewaspadai kemungkinan efek samping dari obat-obat penekan daya tahan tubuh yang mungkin memicu terjadinya kencing manis, darah tinggi, katarak, anemia, keroposnya tulang, sembelit, atau kegemukan. Penggunaan silicon khusus dalam bedah plastik menimbulkan pula sejumlah masalah jangka panjang. Nyeri, infeksi, kontraktur, robeknya bahan, hingga terbentuknya benjolan berisi kumpulan cairan tertentu merupakan beberapa komplikasi penggunaan silikon. Konsekuensinya dari penggunaan bahan silicon turut disertai penggunaan modalitas diagnostik, hingga ke Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk memastikan beberapa masalah yang ditimbulkannya. Masalah menyusui tidak terlepas dari efek samping penggunaan silicon. Ada korelasi lemah terkait dengan menurunnya lama hidup pasien kanker payudara yang menjalani operasi pemasangan implan, tetapi belum ada konfirmasi terkait kejadian kanker akibat dari penggunaan implant payudara tersebut. Tentunya, kemunculannya jarang terjadi selama prosedur sudah benar.\r\n\r\nJadi, operasi plastik memang menuntut keahlian dari seorang dokter bedah plastik atas dasar pengetahuannya akan prosedur, bahan, dan komplikasi yang mungkin timbul. Informasi di atas barulah gambaran umum kerja dari seorang dokter bedah plastik bersama dengan sejumlah masalah yang perlu Anda ketahui untuk memastikan keamanan Anda dalam memperbaiki penampilan dengan metode tersebut. Konsultasi lebih lanjut dengan dokter bedah plastik yang Anda percaya tetap diperlukan karena setiap kasus dibutuhkan penanganan tersendiri.\r\n\r\nSumber:\r\n
- \r\n
- Breitbarry AS, Ablaza VJ. Implant materials. Dalam: Thorne CH. Grabb and Smith Plastic Surgery. H.58-65. 2007.
- Semer NB, Adler-Lavan M. Practical plastic surgery for nonsurgeons. Philadelphia: Hanley&Belfus. 2001.
- Bonaparte JP, et al. A comparative assessment of three formulations of botulinum toxin A for facial rhytides: a systematic review and meta-analyses. Biomed central [Internet] 2013.
- Lavigne E, et al. Breast cancer detection and survival among women with cosmetic breast implants: systematic review and meta-analysis of observational studies. BMJ [Internet]. 30 April 2013 [Diakses 5 November 2013].
- Anna LK. Silikon cair bukan untuk bedah plastic. Kompas.com[Internet]. 3 Mei 2013 [Diakses 5 November 2013]. Tersedia di: http://health.kompas.com/read/2013/05/03/13135347/Silikon.Cair.Bukan.untuk.Bedah.Plastik
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\nTeks: Naldo Sofian