\r\n\r\nDiabetes sering dikaitkan dengan gula yang manis. Faktanya, diabetes tak semanis gula. Dengan mengenalinya, kita bisa menghindar dari kenyataan pahit diabetes.\r\n\r\nDulu orang selalu mengira bahwa diabetes hanya akan diderita oleh orang-orang berusia lanjut atau orang-orang yang bermasalah dengan kegemukan saja. Padahal saat ini diabetes sudah menjadi sebuah penyakit yang cukup sering dijumpai. Para ahli yakin sebagian besar disebabkan karena gaya hidup yang tidak tepat.\r\n\r\nDiabetes melitus (DM) itu sendiri sebenarnya merupakan gangguan kesehatan dimana terjadi peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) dan kadar gula dalam air seni (glukosuria). Menurut dr. Yunus Tango, Sp.PD dari Rumah Sakit Tebet, Jakarta, normalnya kadar gula darah kita adalah 60/120 mg/dl. Sebetulnya tubuh kita memiliki sistem yang dapat melakukan proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein setiap kali kita selesai makan. Proses ini akan mengubah gula menjadi energi. Jadi usai makan kadar gula darah kita memang akan meningkat. Tapi sebenarnya ini tak perlu dikawatirkan. Karena hormon insulin akan bekerja mengubah gula darah menjadi glikogen yang disimpan didalam hati dan otot.\r\n\r\nTapi sayangnya kalau jumlah atau kualitas insulin kurang baik, maka kadar gula darah akan tetap tinggi. Kurangnya insulin dalam tubuh biasanya terjadi karena adanya gangguan pada sel-sel beta (sel yang bertugas menghasilkan insulin) yang terdapat di pankreas.\r\n
Jenis-Jenis Diabetes
\r\nSecara keseluruhan ada dua jenis diabetes, yaitu:\r\n
- \r\n
- DM Tipe I. Disebut juga Insuline Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Jenis ini timbul akibat tubuh kekurangan insulin yang disebabkan karena reaksi autoimun berupa serangan antibody terhadap sel beta.
- DM Tipe II. Disebut juga Non-Insuline Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Ini adalah tipe diabetes yang timbul karena insulin tidak dapat bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk. Akibatnya sel mengalami kekurangan glukosa dan terdapat penumpukan glukosa dalam darah.
\r\n
\r\n
\r\n
Gejala dan Penyebab Diabetes
\r\nAda beberapa gejala DM yang bisa dengan mudah dikenali. Intensitas buang air kecil yang sangat sering (khususnya di malam hari) dan cepat merasa lapar serta haus walau belum lama makan dan minum adalah yang paling sering ditemukan. Terkadang berat badan penderitanya akan meningkat pada awalnya. Namun setelah beberapa waktu berat badan akan terus menurun padahal tidak sedang menjalani diet sama sekali. Sering kesemutan, gatal-gatal dan pandangan mata kabur juga dikeluhkan penderita diabetes.\r\n\r\nSetelah mengetahui gejalanya, ada baiknya kita juga mengetahui penyebabnya. Sebelumnya telah disinggung bahwa diabetes dapat terjadi karena adanya gaya hidup yang kurang tepat. Khususnya kebiasaan mengonsumsi makanan manis yang ditambah kurangnya berolahraga. Tapi bukan hanya itu saja, sebab diabetes termasuk jenis penyakit genetis. Artinya jika ada salah satu anggota keluarga kita yang mengidap penyakit ini, maka kita pun memiliki risiko akan mengidapnya.\r\n\r\nHal lain yang juga turut memicu serangan diabetes adalah stres. Banyak yang tak tahu akan hal ini. Tapi dari studi yang dilakukan oleh World Health Organization menemukan bahwa mereka yang sering merasa depresi, tertekan dan marah cenderung menggandakan risiko terkena diabetes dibandingkan dengan mereka yang menjalani hidup dengan lebih relaks.\r\n
Cara Tepat Mengatasi Diabetes
\r\nLalu harus bagaimana? Tentu saja kita tak harus pasrah. Jika orangtua atau saudara dalam keluarga kita yang mengidap penyakit ini, kita bisa melakukan tes toleransi glukosa pada usia 30. Melalui tes ini kita dapat mengukur kadar gula darah dan bagaimana respon tubuh terhadap hal tersebut. BMI (body mass index) juga turut berpean dalam hal ini, yaitu di atas 25. Kondisi medis lain seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi dalam tubuh juga dapat memengaruhi.\r\n\r\nLalu bagaimana jika dalam keluarga kita tak ada yang mengidap diabetes? Jangan lengah! Sebaiknya kita tetap melakukan pemeriksaan kesehatan. Tes toleransi bisa kita lakukan setiap tiga tahun sekali. Tak hanya itu, berolahraga juga bisa membantu menurunkan kadar gula darah. Beberapa jenis olahraga seperti yoga dan meditasi juga dapat membantu tubuh kita lebih relaks dan bebas stres. Para peneliti juga menemukan bahwa beberapa jenis olahraga (seperti olahraga ketahanan) dapat membantu mengendalikan kadar gula darah.\r\n\r\nBagaimana dengan makanan? Ya, ini juga penting untuk kita perhatikan. Gula memang bukan satu-satunya penyebab diabetes. Tapi gula berperan penting dalam memicunya. Karena itu mengurangi konsumsi makanan manis (khususnya yang menggunakan pemanis buatan) dapat membantu mengurangi risiko terjadinya diabetes. Mengonsumsi makanan yang kaya serat dan Omega3 adalah pilihan terbaik. Ini akan membantu meningkatkan sensitivitas insulin dalam tubuh kita.\r\n\r\nJangan lupa istirahat yang cukup tak hanya menghindarkan kita dari serangan stres. Menurut para peneliti dari University of Chicago, mereka yang tidur kurang dari enam jam setiap malam memiliki risiko yang tinggi terkena diabetes.