(Image courtesy from: sciencekids)
\r\n\r\n
Apa Itu Tinnitus?
\r\nTinnitus (diucapkan ti-ni-tis), atau dering/dengingan di telinga, adalah sensasi pendengaran yang berdering, berdengung, mendesis, berkicau, bersiul, atau suara lainnya. Suara tersebut dapat intermiten atau terus menerus, dan kenyaringannya dapat bervariasi. Seringkali dengingan ini terasa lebih buruk ketika suara bising lain rendah, sehingga Anda mungkin paling merasakannya pada malam hari ketika mau tidur di ruangan yang hening. Pada kasus yang jarang, dengingan tersebut bersinkronisasi dengan denyut jantung Anda (pulsatile tinnitus).\r\n\r\nTinnitus sangat umum dialami orang-orang dan diperkirakan mempengaruhi sekitar 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat. Bagi kebanyakan orang, kondisi ini hanya berupa gangguan. Namun dalam kasus yang parah, tinnitus dapat menyebabkan orang sulit berkonsentrasi dan tidur, yang mungkin dapat mengganggu pekerjaan dan sosialisasi, sehingga akhirnya menyebabkan orang tersebut mengalami tekanan psikologis.\r\n\r\nMeskipun tinnitus sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran, namun tinnitus tidak menyebabkan gangguan pendengaran dan juga sebaliknya, gangguan pendengaran tidak menyebabkan tinnitus. Bahkan, beberapa orang dengan tinnitus tidak mengalami kesulitan pendengaran, dan dalam beberapa kasus mereka menjadi sangat sensitif terhadap suara (hyperacusis) sehingga mereka harus meredam atau mengurangi suara eksternal.\r\n\r\nBeberapa tinnitus disebabkan oleh infeksi atau sumbatan di telinga, yang kemudian akan hilang setelah penyebabnya diobati. Namun seringkali tinnitus berlanjut walaupun penyebabnya sudah diobati. Dalam kasus seperti itu, terapi lain, baik konvensional maupun alternatif, mungkin memberikan hasil yang signifikan dengan menurunkan atau menutupi suara yang tidak diinginkan.\r\n
Apa Penyebab Tinnitus?
\r\nPenyebab paling umum dari tinnitus adalah paparan berkepanjangan terhadap bunyi keras. Sekitar 90% orang dengan tinnitus mempunyai tingkat gangguan pendengaran tertentu yang diakibatkan oleh kebisingan. Kebisingan menyebabkan kerusakan permanen pada sel yang sensitif suara dari cochlea, yaitu organ berbentuk spiral di telinga bagian dalam. Beberapa pekerjaan yang memiliki risiko terkena tinnitus yaitu tukang kayu, pilot, musisi rock, pekerja yang memperbaiki jalan, dan landscapers. Selain itu, orang-orang yang bekerja dengan gergaji rantai, pistol/senjata, atau perangkat dengan suara keras atau orang yang berulang kali mendengarkan musik dengan suara keras juga memiliki risiko terkena tinnitus. Paparan tunggal terhadap suara yang sangat keras secara mendadak jjuga dapat menyebabkan tinnitus.\r\n\r\nBerbagai kondisi dan penyakit lain yang dapat menyebabkan tinnitus antara lain:\r\n
- \r\n
- Penyumbatan telinga karena penumpukan kotoran, infeksi telinga, atau yang jarang terjadi, tumor jinak pada saraf yang memungkinkan kita untuk mendengar (saraf pendengaran).
- Obat-obatan tertentu, terutama aspirin, beberapa jenis antibiotik, anti-inflamasi, obat penenang, dan antidepresan, serta obat kina; memiliki potensi efek samping tinnitus untuk sekitar 200 resep obat dan obat non resep.
- Proses penuaan alami, yang dapat menyebabkan kerusakan pada bagian cochlea atau bagian lain dari telinga.
- Penyakit Meniere, yaitu penyakit yang mempengaruhi bagian dalam telinga.
- Otosklerosis, yaitu penyakit yang menyebabkan pengerasan dari tulang kecil di telinga tengah.
- Kondisi medis lain seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah peredaran darah, anemia, alergi, kelenjar tiroid yang kurang aktif, dan diabetes.
- Masalah leher atau rahang seperti sindromĀ temporomandibular joint (TMJ).
- Cedera kepala dan leher.
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\n
\r\nTinnitus dapat memburuk pada beberapa orang jika mereka minum alkohol, merokok, minum minuman berkafein, atau makan makanan tertentu. Untuk alasan yang belum sepenuhnya jelas bagi para peneliti, stres dan kelelahan tampaknya juga memperburuk tinnitus.\r\n\r\nSumber: WebMD