oleh: Dra. Lidwina Banowati M.Psi
Setiap orangtua pasti bercita-cita agar putra-putrinya tumbuh dan berkembang dengan baik agar kelak menjadi manusia yang pandai, terampil, sehat, berbudi luhur sehingga berguna bagi masyarakat dan membuat bangga keluarga.
Cita-cita yang luhur itu seringkali menyebabkan orangtua bersikap berlebihan terhadap anak, seperti: menuruti segala keinginannya, memanjakan, sangat protektif, terlalu banyak mengatur dan menuntut anak secara berlebihan untuk berprestasi yang tinggi atau memaksakan kehendaknya.
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik diperlukan lingkungan yang baik dan menunjang, dimulai dari sejak dalam kandungan.
Jika diibaratkan sebagai tanaman, maka untuk tumbuh, tanaman membutuhkan sinar matahari, air dan tanah yang cocok dan subur. Tanaman perlu diberi pupuk secukupnya, karena bila berlebihan, tanaman malah akan mati. Tanamam perlu mendapat air yang cukup, karena bila berlebihan, tanaman malah akan membusuk. Demikian pula agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, anak perlu mendapat makanan yang sehat dan berimbang. Bila terlalu banyak makan, maka anak akan mengalami obesitas (kelebihan berat badan) dengan segala akibat buruk terhadap kesehatannya. Anak juga membutuhkan siraman kasih sayang, perhatian, rasa aman, bebas dari rasa terkekang, ketakutan dan perasaan ditolak.
Mengasuh anak yang satu dan anak yang lain, walaupun bersaudara tidak selalu sama. Ada anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian dan ada anak yang membutuhkan dorongan semangat. Jika diibaratkan tanaman lagi, memelihara tanaman anggrek tidak sama dengan tanaman kaktus, padi membutuhkan lebih banyak air daripada tanaman jagung.
Anak akan tumbuh dan berkembang melalui tahapan-tahapan yang semuanya harus dilewati dengan baik. Mulai dari lahir, bayi akan belajar memiringkan badan, tengkurap, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Seperti tanaman, mulai tumbuh dari biji, menjadi kecambah, tanaman kecil, berdaun, berbunga dan berbuah. Akhir-akhir ini banyak orangtua yang tidak memberi kesempatan anak untuk belajar merangkak dengan alasan takut tangannya kotor atau karena diberi baby walker. Hal tersebut dikemudian hari dapat menyebabkan gangguan perkembangan bicara dan berbahasa anak.
Agar anak di kemudian hari dapat menjadi manusia “internasional“ yang siap menghadapi arus globalisasi, banyak orangtua yang mengirim anaknya belajar bahasa lain sebelum menguasai bahasa ibunya. Hal ini justru akan menghambat perkembangan bahasa anak, sebab anak akan bingung karena bapaknya akan menyebut fan (Mandarin), ibunya menyebut rice (Inggris), pembantunya menyebut nasi (Indonesia) dan satpamnya menyebut sego (Jawa) untuk barang yang sama.
Nama Saya Mardiani saya seorang ibu saya sudah memiliki anak 2 orang tapi anak pertama saya mengalami kelainan yaitu dia tidak punya ekspresi wajah atau tidak bisa ketawa dan pada saat ini dia belum bisa bicara tapi dari pemahaman dia mengerti sekarang anak saya berusia 4 th mohon info bagaimana cara menanganinya dan dia termasuk anak yang bagaimana?
Selamat Siang,
Terima kasih sudah mengunjungi Dokita.
Tidak ada ekspresi dan tidak bisa tertawa, belum bisa bicara aktif tetapi bisa bahasa pasif. Apakah ada kontak mata? Anak Anda mungkin autis, atau ada hambatan perkembangan dan saraf.
Sebaiknya jangan menonton televisi karena komunikasi 1 arah serta jangan berbicara atau mendengar 2 bahasa. Anda Anda harus diterapi lengkap, terutama terapi wicara, edukasi, sosial dan okupasi. Namun sebelumnya periksa dulu ke dokter spesialis anak sub spesialisasi saraf dan ke psikiater anak atau psikolog klinis yang tahu kelainan anak untuk evaluasi.
Salam Sehat Selalu,
Tim Dokita.
anak saya laki-laki usia 2,5 tahun tapi dia belum begitu lancar berbicara. dia mengerti ketika saya ajak bicara, ketika saya beri perintah dia tau apa yang saya maksud. misalnya saya suruh ambilkan sendok, dia pun segera pergi untuk mengambil sendok tersebut.tapi bicara nya belum jelas. misalnya dia bilang “kin cu ja” maksud dia “bikin susu saja”.padahal saya mengajarkan bicara kepada anak saya juga dengan kosakata yang jelas. apa yang harus saya lakukan?thanks
Selamat Siang,
Terima kasih sudah mengunjungi Dokita.
Apakah anak mendengar 2 bahasa, mungkin dari televisi atau lagu yang bukan bahasa Indonesia? Sebaiknya 1 bahasa saja. Anak umur 2 tahun lebih harusnya bisa bicara 1 kalimat lengkap. Untuk bisa bicara harus bisa mengunyah dan meniup lilin yang menyala.
Saran kami, anak Anda harus terapi wicara secara intensif.
Salam Sehat Selalu,
Tim Dokita.