Waspada Stroke di Usia Muda

Waspada Stroke di Usia Muda(Image courtesy of tungphoto / freedigitalphotos.net)

\r\nBeberapa waktu ini semakin banyak kasus stroke yang dialami oleh generasi usia muda, bahkan kanak-kanak.\r\n

Waspada Stroke

\r\nIsabel Manchip, seorang anak perempuan kelahiran Inggris, sudah mengalami sejak usia 1 tahun yang awalnya diduga terkena cacar air. Pada akhirnya, pasien tersebut didiagnosis mengalami stroke pada usia yang masih sangat muda tersebut.\r\n\r\nStroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik gangguan otak fokal (setempat) atau global (menyeluruh) yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan pembuluh darah. Dengan kata lain, kejadian stroke melibatkan komponen pembuluh darah (termasuk isinya) di otak, gangguan saraf pusat (otak atau sumsum tulang), dan berlangsung cukup lama.\r\n\r\nKonsep penting yang perlu dipahami pula di sini adalah kekurangan oksigen dari sel-sel otak untuk bekerja. Oleh karena itu, sumbatan pembuluh darah dan kurangnya aliran sel darah merah di dalam otak oleh sebab apapun dapat memunculkan stroke sebagai hasil akhirnya.\r\n\r\nSecara garis besar, stroke dikelompokkan menjadi dua: stroke perdarahan atau stroke penyumbatan (disebut iskemik). Pada orang muda, stroke penyumbatan lebih sering ditemui daripada stroke perdarahan.\r\n\r\nSejumlah faktor risiko terkena stroke memang dapat ditemukan pada orang muda dan temuan tersebut sedikit berbeda pada orang yang lebih tua. Pada usia muda, perhatian ditujukan pada beberapa faktor risiko berikut:\r\n

    \r\n
  1. Merokok. Merokok sebanyak 1-10 batang per hari memiliki risiko 2.2 kali, sedangkan lebih dari atau sama dengan 40 batang rokok per hari berisiko 9.1 kali. Dalam hubungannya dengan stroke, peningkatan pembekuan darah serta kerusakan struktur pembuluh darah menjadi mekanisme yang ditimbulkannya sehingga mempermudah pengendapan lemak maupun sumbatan di dalam pembuluh darah secara keseluruhan, termasuk di dalam otak.
  2. \r\n

  3. Migraine. Migraine memegang peranan hingga 2 kali lipat daripada orang tanpa migraine dalam membentuk stroke. Namun, belum banyak terjelaskan bagaimana mekanismenya. Dugaan terakhir menunjukkan penurunan aliran darah di otak karena memang migraine menunjukkan terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat spasme saat serangan. Biasanya pembuluh darah di sisi belakang lebih banyak terkena. Perhatikan pula bahwa kelainan di pembuluh darah itu sendiri dapat menyebabkan migraine yang berlanjut menjadi stroke, seperti rusaknya lapisan pembuluh darah.
  4. \r\n

  5. Kehamilan. Kehamilan jarang menyebabkan stroke. Pada umumnya kejadiannya berkisar pada beberapa hari menjelang hingga 6 minggu sesudah kelahiran. Perlu dimengerti bahwa kehamilan itu sendiri bukanlah menjadi faktor risiko stroke, melainkan beberapa keadaan yang diakibatkannyalah yang menjadi pencetus kemungkinan timbulnya stroke. Kehamilan dapat menyebabkan darah lebih kental, eklamsia, atau perubahan pada struktur jantung. Timbulnya keadaan tersebutlah yang menjadi faktor risiko terjadinya stroke.
  6. \r\n

  7. Obat Terlarang. Obat terlarang suntikan dapat saja menyebabkan terbentuknya sumbatan akibat dari bahan-bahan asing penyerta serta infeksi pada jantung sebagai asal-muasal kejadian stroke pada pasien. Obat-obatan dengan efek pada saraf simpatis dapat menyebabkan pula peradangan pada pembuluh darah, peningkatan pembekuan darah, hingga hipertensi mendadak. Amfetamin dan kokain merupakan contoh obat yang dapat menyebabkan hal tersebut.
  8. \r\n

  9. Kontrasepsi Oral. Kontrasepsi oral, terutama dengan kandungan estrogen tinggi, memiliki risiko 4 kali lipat, sedangkan estrogen rendah berisiko 2 kali lipat. Namun, secara keseluruhan penelitian, kasus stroke pada mereka yg mengonsumsi pil kontrasepsi tergolong rendah (4 dari 100.000 wanita per tahun). Risiko tersebut biasanya baru meningkat jika memang memiliki migraine atau faktor risiko lainnya.
  10. \r\n

\r\n

Stroke Diawali Kelainan Organ Tubuh

\r\nTemuan lain yang lebih jarang sebagai penyebab stroke pada usia muda adalah kelainan jantung, infeksi, dan kelainan daya tahan tubuh.\r\n

    \r\n
  1. Kelainan Jantung. Kelainan jantung yang dimaksud mencakup gangguan irama jantung, kerusakan katup jantung, dan kelainan struktur jantung. Semuanya memicu timbulnya bekuan darah yang masih labil sehingga dapat terbawa dalam aliran darah sebelum akhirnya menyumbat pembuluh darah yang diameternya lebih kecil dari ukuran sumbatan tersebut.
  2. \r\n

  3. Infeksi. Infeksi penyebab stroke dapat diakibatkan oleh tuberkulosis, hepatitis C, hepatitis B, HIV, sifilis, dan parasit (sistiserkus).
  4. \r\n

  5. Kelainan Daya Tahan Tubuh. Kelainan imunitas seperti lupus turut berperan oleh karena pembentukan berlebih dari reaksi daya tahan tubuh berkumpul membentuk suatu sumbatan. Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah oleh karena endapan lemak) jarang dijumpai pada kasus stroke orang muda, tetapi memang diketahui terjadi peningkatan pembentukan aterosklerosis di kalangan orang muda masa kini tanpa gejala. Untuk sifilis, tuberculosis, dan HIV, pengambilan cairan otak yang umumnya dilakukan melalui tulang belakang diperlukan untuk konfirmasi diagnosis.
  6. \r\n

\r\nTidak dipungkiri bahwa masih ada sekitar sepertiga kasus stroke pada usia muda yang penyebabnya belum diketahui, sehingga penelitian terus berlangsung untuk mencari penyebab baru. Perhatian pada kesehatan jantung, infeksi, kelainan sistemik lain, penggunaan obat-obatan tertentu dapat saja mencetuskan stroke di usia muda.\r\nTidak tertutup kemungkinan bahwa di usia muda seseorang sudah menunjukkan pembentukan aterosklerosis tanpa disadari sehingga modifikasi pola hidup sudah diperlukan sedini mungkin.\r\n\r\nSumber:\r\n

    \r\n
  1. Ferro JM, Massarp AR, Mas JL. Aetiological diagnosis of ischaemic stroke in young adults. 2010.
  2. \r\n

  3. Yamamoto FI. Ischemic stroke in young adults:an overview of etiological aspects. 2012.
  4. \r\n

  5. Prawira AW. Baru usia 2 tahun, gadis muda ini sudah terkena stroke. 2013. Tersedia di: http://health.liputan6.com/read/645551/baru-usia-2-tahun-gadis-muda-ini-sudah-kena-stroke.
  6. \r\n

\r\nTeks: Naldo Sofian (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Komentar

  • (will not be published)