Cegah Osteoporosis

Cegah Osteoporosis(Image courtesy of arztsamui / freedigitalphotos.net)

\r\nPenyesalan selalu datang di kemudian hari, jangan biarkan tulang Anda keropos di saat usia senja.\r\n

Cegah Osteoporosis

\r\nBerdasarkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Kementerian Kesehatan RI, dua dari lima orang Indonesia berisiko mengalami osteoporosis. Wanita berisiko tiga kali lipat lebih tinggi daripada laki-laki. Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh, begitu rapuhnya sehingga penurunan atau bahkan tekanan ringan seperti membungkuk atau batuk dapat menyebabkan patah tulang. Fraktur osteoporosis yang paling umum terjadi pada pinggul, pergelangan tangan atau tulang belakang.\r\n\r\nPada tahap awal biasanya tidak ada gejala yang spesifik. Namun jika osteoporosis sudah mulai menyerang, maka tanda dan gejalanya meliputi:\r\n

    \r\n
  • Nyeri punggung,
  • \r\n

  • Kehilangan tinggi dari waktu ke waktu,
  • \r\n

  • Postur tubuh membungkuk,
  • \r\n

  • Mudah mengalami patah tulang.
  • \r\n

\r\nTulang kita selalu berubah dan diperbaharui, tulang baru dibuat, dan tulang lama dihancurkan. Ketika kita masih muda, tubuh akan lebih cepat membuat tulang baru ketimbangan menghancurkannya, sehingga meningkatkan massa tulang. Kebanyakan orang mencapai massa tulang puncak pada umur 20-an. Dan seiring bertambahnya usia massa tulang akan terus menurun. Seberapa besar kemungkinan terkena osteoporosis diantaranya bergantung pada berapa banyak massa tulang yang kita dibuat di masa muda. Semakin besar massa tulang puncak yang dibuat semasa muda, maka kemungkinan untuk terkena osteoporosis semakin kecil.\r\n\r\nSejumlah faktor dapat meningkatkan risiko osteoporosis, termasuk usia, ras, gaya hidup, kondisi medis dan perawatan.\r\n

    \r\n
  • Risiko yang tidak bisa diubah. Beberapa faktor risiko osteoporosis berada di luar kendali kita, diantaranya:\r\n
      \r\n
    • Seks. Perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis dibandingkan pria.
    • \r\n

    • Usia. Semakin tua, semakin berisiko terkena osteoporosis.
    • \r\n

    • Ras. Kulit putih dan keturunan Asia lebih berisiko terkena osteoporosis.
    • \r\n

    • Riwayat keluarga. Memiliki orang tua atau saudara dengan osteoporosis akan lebih berisiko terkena osteoporosis.
    • \r\n

    • Bentuk tubuh. Pria dan wanita yang memiliki bentuk tubuh kecil cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis.
    • \r\n

    \r\n

  • \r\n

  • Tingkat hormon. Osteoporosis lebih sering terjadi pada orang yang memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tertentu dalam tubuh mereka, diantaranya:\r\n
      \r\n
    • Hormon seks. Penurunan kadar estrogen saat menopause adalah salah satu faktor risiko terkuat terkena osteoporosis.
    • \r\n

    • Masalah tiroid.
    • \r\n

    • Kelenjar lainnya. Osteoporosis juga dikaitkan dengan paratiroid yang terlalu aktif dan kelenjar adrenal.
    • \r\n

    \r\n

  • \r\n

  • Faktor makanan. Risiko osteoporosis lebih banyak terjadi pada orang yang memiliki:\r\n
      \r\n
    • Kekurangan kalsium. Asupan kalsium yang rendah menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang berkurang, keropos tulang dini, dan peningkatan risiko patah tulang.
    • \r\n

    • Gangguan makan. Orang yang memiliki anoreksia beresiko tinggi terkena osteoporosis. Pada wanita, anoreksia dapat menghentikan menstruasi, yang juga melemahkan tulang.
    • \r\n

    • Operasi gastrointestinal. Penurunan ukuran perut atau bypass atau penghapusan bagian dari usus membatasi jumlah luas permukaan yang tersedia untuk menyerap nutrisi, termasuk kalsium.
    • \r\n

    \r\n

  • \r\n

  • Steroid dan obat lain. Penggunaan jangka panjang obat kortikosteroid, seperti prednison dan kortison, mengganggu proses pembentukan kembali tulang. Osteoporosis juga dikaitkan dengan obat yang digunakan untuk memerangi atau mencegah kejang, depresi, dan kanker.
  • \r\n

  • Gaya hidup. Beberapa kebiasaan buruk dapat meningkatkan risiko osteoporosis, diantaranya:\r\n
      \r\n
    • Malas bergerak. Orang yang malas berolahraga dan menghabiskan banyak waktu untuk duduk memiliki risiko osteoporosis yang tinggi daripada orang yang aktif.
    • \r\n

    • Konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
    • \r\n

    • Rokok. Para peneliti menyebutkan bahwa merokok member kontribusi yang cukup besar terhadap pelemahan tulang.
    • \r\n

    \r\n

  • \r\n

\r\n

Komplikasi

\r\nPatah tulang, terutama pada tulang belakang atau pinggul, adalah komplikasi yang paling serius dari osteoporosis. Patah tulang pinggul sering kali terjadi akibat jatuh dan dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian akibat komplikasi pasca operasi, terutama pada orang lanjut usia. Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang dapat terjadi meskipun tidak jatuh. Tulang yang membentuk tulang belakang (vertebra) dapat melemah yang dapat menyebabkan nyeri punggung, kehilangan ketinggian, dan postur membungkuk.\r\n

Kiat Mencegah Osteoporosis

\r\n

    \r\n
  1. Konsumsi makanan kaya kalsium,
  2. \r\n

  3. Konsumsi vitamin D,
  4. \r\n

  5. Batasi konsumsi garam,
  6. \r\n

  7. Rutin olahraga,
  8. \r\n

  9. Cukup paparan sinar matahari selama 30 menit, yaitu sebelum jam 9 pagi dan sesudah jam 4 sore,
  10. \r\n

  11. Konsumsi suplemen berkasium,
  12. \r\n

  13. Medical check up.
  14. \r\n

\r\nSumber: mayoclinic & dr. Hendradi Khumarga, SpOT, Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi dari Rumah Sakit Royal Taruma

Komentar

  • (will not be published)