(Image courtesy of njaj / freedigitalphotos.net)
\r\nBiasanya ada alasan atau faktor risiko yang mempengaruhi asma dan masalah pernapasan Anda. Asma dapat terjadi pada siapa saja yang tidak memiliki faktor risiko, tetapi kemungkinannya lebih kecil.\r\n\r\nMari kita lihat beberapa faktor risiko asma dan bagaimana faktor tersebut dapat meningkatkan kemungkinan seseorang akan mengalami gejala asma seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Setelah menentukan faktor risiko asma diri Anda, maka tentukan faktor-faktor risiko apa saja yang dapat Anda kendalikan dan cobalah untuk membuat beberapa perubahan gaya hidup.\r\n\r\nSangat penting mengendalikan faktor risiko asma yang dapat Anda kendalikan untuk mencegah gejala asma. Meskipun Anda tidak bisa mengubah jenis kelamin atau riwayat keluarga Anda, namun Anda dapat menghindari merokok, menghirup udara yang tercemar, alergen, dan merawat kesehatan Anda secara umum sehingga Anda tidak kelebihan berat badan. Kendalikan asma Anda dengan cara mengendalikan faktor risiko asma Anda. Dengan memahami semua faktor risiko asma, Anda mungkin dapat mencegah atau mengendalikan asma Anda.\r\n
Jenis Kelamin dan Asma
\r\nAsma pada masa kanak-kanak lebih banyak terjadi pada anak pria dibandingkan anak wanita. Apa yang menyebabkan hal ini belum diketahui, meskipun beberapa ahli menemukan ukuran jalur napas pria muda lebih kecil dibandingkan dengan jalur napas wanita. Hal ini mungkin berkontribusi untuk peningkatan risiko mengi setelah pilek atau infeksi virus lainnya.\r\n\r\nPada sekitar usia 20 tahun, rasio asma antara pria dan wanita adalah sama. Sedangkan pada usia 40 tahun, wanita lebih banyak mengalami asma dibandingkan pria.\r\n
Riwayat Asma dalam Keluarga
\r\nAsma Anda dapat diturunkan dari Ibu atau Ayah Anda atau keduanya. Anda mewarisi genetik yang menyebabkan Anda memiliki asma. Diperkirakan sekitar tiga perlima dari semua kasus asma adalah keturunan. Menurut laporan CDC, jika seseorang memiliki orangtua dengan asma, maka Dia lebih mungkin mengembangkan asma hingga 3 sampai 6 kali dibandingkan seseorang yang orang tuanya tidak memiliki asma.\r\n
Atopi dan Asma
\r\nAtopi mengacu pada hipersensitivitas alergi yang mempengaruhi bagian tubuh lain yang tidak kontak dengan alergen (yaitu zat yang memicu reaksi alergi tubuh). Atopi dapat mencakup eksim (dermatitis atopik), rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, dan asma.\r\n\r\nBeberapa anak dengan eksim atau dermatitis atopik mengembangkan asma. Beberapa temuan menunjukkan bahwa anak-anak dengan dermatitis atopik mungkin memiliki asma yang lebih parah dan persisten ketika dewasa.\r\n
Alergi Terkait dengan Asma
\r\nAlergi dan asma sering berdampingan. Alergi indoor adalah prediktor seseorang yang mungkin beresiko asma. Satu studi nasional menunjukkan tingkat toksin bakteri, yang disebut endotoksin dalam debu rumah, berhubungan langsung dengan gejala asma dan penggunaan inhaler asma, bronkodilator, dan obat asma lainnya.\r\n\r\nSumber alergen indoor lainnya termasuk protein hewani (terutama alergen kucing dan anjing), tungau debu, kecoa, jamur, dan mold. Perubahan-perubahan yang membuat rumah menjadi lebih “hemat energi” selama bertahun-tahun juga diperkirakan meningkatkan paparan terhadap penyebab asma tersebut.\r\n
Faktor Lingkungan dan Asma
\r\nPolusi udara indoor seperti asap rokok, jamur, dan asap berbahaya dari pembersih rumah tangga dan cat dapat menyebabkan reaksi alergi dan asma. Faktor lingkungan seperti polusi, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, suhu dingin, dan kelembaban yang tinggi merupakan faktor-faktor yang diketahui dapat memicu asma pada individu yang rentan. Bahkan, gejala asma dan penanganan rumah sakit terhadapt asma sangat meningkat ketika terjadi polusi udara yang berat.\r\n\r\nOzon adalah bahan perusak utama dalam asap. Hal ini menyebabkan batuk, sesak napas, dan bahkan nyeri dada serta dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Sulfur dioksida adalah komponen lain dari asap, yang juga mengiritasi jalur napas dan menyempitkan saluran napas, dan menyebabkan serangan asma.\r\n\r\nKompor gas adalah sumber utama nitrogen dioksida indoor, yaitu polutan indoor yang umum. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memasak dengan gas lebih mungkin untuk mengalami mengi, sesak napas, serangan asma, dan alergi dibandingkan mereka yang memasak dengan metode lain. Diperkirakan bahwa lebih dari separuh rumah tangga di Amerika Serikat menggunakan kompor gas.\r\n\r\nPerubahan cuaca juga dapat menyebabkan serangan asma pada beberapa orang. Sebagai contoh, udara dingin menyebabkan jalur napas mampat dan peningkatan produksi lendir. Peningkatan kelembaban juga dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada populasi tertentu.\r\n
Asap Rokok Adalah Faktor Risiko Asma
\r\nBeberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa merokok terkait dengan peningkatan risiko untuk mengembangkan asma. Ada juga bukti bahwa merokok di kalangan remaja meningkatkan risiko asma. Bahkan temuan lainnya menghubungkan perokok pasif dengan mengembangkan asma pada awal kehidupan.\r\n
Hubungan Antara Obesitas dan Asma
\r\nBeberapa penelitian menunjukkan bahwa asma lebih sering terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang kelebihan berat badan. Penderita asma yang kelebihan berat badan tampaknya memiliki asma yang kurang terkendali dan pengobatan asmanya lebih lama.\r\n
Kehamilan dan Asma
\r\nIbu yang merokok selama kehamilan tampaknya menghasilkan bayi dengan fungsi paru-paru yang lebih rendah dibandingkan mereka yang ibunya tidak merokok. Kelahiran prematur juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan asma.\r\n\r\nSumber: WebMD