Dampak Begadang Bagi Kesehatan (Part 2)

Dampak Bergadang Bagi Kesehatan Part 2(Image courtesy of photostock / freedigitalphotos.net)

Artikel bagian kedua dari Dampak Begadang Bagi Kesehatan kemarin. Artikel bagian kedua ini lebih membahas mengenai dampak begadang terhadap kesehatan dan pengaturan jam tubuh sebagai terapi. Sedangkan artikel bagian satu, dapat Anda baca disini.

Begadang dan Kesehatan

Dampak begadang tersebut sangatlah luas bagi kesehatan. Melanjutkan proses dampak gangguan pada jam tubuh, kegagalan pengaturan zat-zat terkait serta adanya siklus kerja tubuh yang “terjadwal” menjadikan dampaknya akan sangat luas bagi tubuh. Melatonin, sebuah hormon yang dihasilkan di otak, dihasilkan di saat waktu gelap, terlepas dari apakah aktivitas dominan berada di siang atau malam hari, berfungsi sangat penting dalam menjadwal kerja organ-organ tubuh. Contoh fungsi lainnya adalah sebagai zat anti-kanker dan menghambat pelepasan insulin. Efek mencegah peradangan dari hormon steroid, juga selaku pengendali stress, daya tahan tubuh, dan perubahan abnormal tubuh lainnya, turut serta diketahui memiliki pengaruh dari jam tubuh. Steroid akan berada pada kadar tertinggi di awal pagi hari dan terendah pada tengah malam. Steroid tersebut juga menjadi komponen hormon-hormon reproduksi, termasuk berpengaruh pada siklus menstruasi. Kegagalan pengaturan kadar steroid secara ritmik tersebut bisa berimbas pada obesitas, peningkatan kadar lemak, hingga gangguan jantung.

Secara spesifik pada jantung, pengaruh jam tubuh bagi jantung terletak pada pengaturan ritme aktivitas pembuluh darah, jantung, dan efek obat-obatan. Sudah menjadi hal yang umum jika tekanan darah akan berkurang di malam hari dan meningkat di siang hari oleh karena aktivitas. Namun, rupanya efek tersebut terlihat sekalipun tanpa aktivitas melalui sejumlah penelitian pada binatang. Telah terbukti pula ada beberapa golongan obat, seperti tiazid dan angiotensin receptor blocker yang mampu menurunkan dan menstabilkan tekanan darah lebih baik di malam hari. Penelitian lain menunjukkan hasil dari pengobatan tersebut turut mengurangi angka mortalitas lebih baik daripada pengobatan di siang hari. Mereka yang bekerja tanpa mengindahkan ritme alami tubuh tidak mengalami penurunan tekanan darah sepanjang harinya.
Efek jam tubuh tersebut dijumpai pula pada organ pencernaan sehubungan dengan gerakan usus dan produksi asam lambung meski belum jelas bagaimana perubahannya pada siang dan malam. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kerja saluran cerna yang paling rentan terhadap pengaturan jam tubuh tersebut adalah usus besar. Penyerapan zat makanan dan obat-obatan juga diatur sangat tergantung dari perangsangan cahaya sebagai rangsangan jam tubuh.

Pada beberapa kasus psikiatri, peranan jam tubuh tersebut menjadi penting oleh karena berhubungan dengan perbedaan mood seseorang yang cukup mencolok seiring perubahan waktu dalam satu hari. Cahaya biru monokromatik sebagai pencetus perpanjangan jam tubuh, secara normal, mampu memperbaiki mood dan kesadaran seseorang. Oleh karenanya, tidak jarang orang tua mengalami gangguan mood dan rasa mengantuk sedikit lebih sering dibandingkan dewasa muda sehubungan dengan sensitivitas terhadap cahaya biru monokromatik tersebut berkurang.

Pada pasien bipolar, perubahan emosi bergantian antara senang atau sedih berlebih, akan ada saatnya melatonin menjadi sangat tinggi dan ada pula saat kortisol menjadi sangat tinggi. Depresi serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pun dapat diobati dengan mengatur pencahayaan yang diterimanya dari lingkungan. Pengobatan terhadap gangguan-gangguan tersebut turut serta mengembalikan fungsi jam tubuh dalam ritme normalnya. Seiring dengan hubungannya dengan penyakit-penyakit saraf, masalah pada Alzheimer dan Parkinson.

Pengaturan Jam Tubuh Sebagai Terapi

Melihat potensi pengaturan cahaya sebagai bagian penting pengendalian jam tubuh tersebut, kita dapat memanfaatkannya sebagai bagian dari terapi kasus-kasus tersebut. Memang belum banyak penelitian yang merinci bagaimana cara menggunakannya. Menurut pemahaman penulis, Anda dengan aktivitas di malam hari dapat tetap menjaga kesehatan dan meminimalisir risiko gangguan berbagai organ Anda dengan membalik jam kerja tubuh Anda secara teratur. Maksudnya, Anda boleh saja bekerja di malam hari, tetapi Anda harus cukup istirahat, tidur jika memungkinkan, di pagi harinya. Tidur di pagi hari ini pun perlu Anda lakukan di ruangan yang cukup nyaman tanpa penerangan. Tujuannya adalah menciptakan suasana seperti di malam hari bagi tubuh Anda dan merangsang pelepasan melatonin untuk kembali menstabilkan berbagai aktivitas di dalam tubuh Anda.

Dengan luasnya potensi dan makin berkembangnya penelitian dalam hal tersebut, Anda boleh mencoba saran tersebut, tetapi tidak melupakan banyak cara mempraktekkan pola hidup sehat lainnya. Penting untuk mempertimbangkan bahwa uji coba demikian baru mencapai tahapan uji pada binatang, sedikit pada manusia, dan belum ada penelitian mendalam bagaimana mengaplikasikan secara tepat pengaturan jam tubuh. Diet dan olahraga tetap memegang peranan dalam menjaga kesehatan. Penggunaan cahaya dalam menyesuaikan jam tubuh hanya menjadi salah satu dari sekian macam cara untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit yang ada kini.

Sumber:

  1. Munch M, Bromundt V. Light and chronobiology: implications for health and disease. 2012.
  2. Richards J. Gumz ML. Advances in understanding the peripheral circadian clocks. 2012.
  3. Salvatore P, et al. Biological rhythms and mood disorders. 2012.
  4. Kondratova AA, Kondratov RV. Circadian clock and pathology of the ageing brain. 2013.
  5. Balakrishnan A, et al. Circadian clock genes and implications for intestinal nutrient uptake. 2012.

Teks: Naldo Sofian

Komentar

  • (will not be published)