Kikis Autis

Kikis Autis(Image courtesy of Stuart Miles / freedigitalphotos.net)

Autisme bukanlah kondisi yang harus terus ditangisi, karena kesempatan tetap terbuka luas bagi mereka. Cintai dia, masa depan terbuka lebar.

Dunia Milik Sendiri

Secara umum, autisme (dari bahasa Yunani) diartikan sebagai sebuah penyakit yang menyebabkan seseorang tidak dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak yang menderita autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri. Gejala autisme sudah dapat diidentifikasi sebelum anak genap berusia 3 tahun, tampak dari caranya bermain dan ekspresi wajahnya saat berkomunikasi.

Anak autisme jarang melakukan kontak mata dengan orang lain, mereka lebih tertarik melihat sinar atau benda-benda yang gemerlap. Dalam berkomunikasi, anak autisme tidak memiliki kemampuan untuk memahami bahasa tubuh atau bahasa non-verbal. Akibatnya, anak autisme kurang dapat memahami perasaan orang lain atau bisa dibilang kurang peka terhadap lingkungan di sekitarnya. Pada beberapa kasus, anak autisme bahkan tidak pernah berbicara walaupun mereka dapat bersuara. Suara yang dikeluarkan biasanya berupa teriakan-teriakan yang tidak jelas. Mereka juga suka melakukan gerakan-gerakan aneh, seperti melambaikan tangan, berjalan sambil berjingkat, atau menggoyangkan badan dengan ekspresi wajah yang tidak semestinya.

Dalam hal penginderaan, anak autisme menunjukkan perilaku yang tidak wajar, karena seringkali mereka terlihat seperti sedang mengamati sebuah benda atau mainan yang sama dalam waktu berjam-jam. Anak autis cenderung mengeksplorasi lingkungannya melalui indera peraba, pengecap, dan penciuman. Berbagai penelitian telah dilakukan, namun hingga saat ini faktor penyebab autisme belum dapat diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga sebagai pemicu terjadinya autis :

Faktor Genetik

Faktor genetik diidentifikasi sebagai faktor terkuat terjadinya autisme pada anak. Apabila   seseorang memiliki riwayat keluarga autisme, maka peluang untuk mempunyai keturunan autisme lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat autisme. Para ahli menemukan adanya kelainan gen pada anak autisme yang berperan penting dalam perkembangan dan pembentukkan sel-sel pada otak.

Faktor Usia Orangtua

Semakin tinggi usia perempuan saat kehamilan, maka semakin tinggi juga resiko sang anak akan mengidap autisme. Sebuah penelitian memaparkan, perempuan yang berusia 40 tahun memiliki risiko 50% lebih besar dalam melahirkan anak autisme dibandingkan dengan perempuan yang usianya 20 – 29 tahun. Hal ini diduga karena telah terjadi mutasi gen dalam rahim sang ibu.

Faktor Obat-Obatan

Konsumsi obat-obatan untuk mengurangi gejala mual dan muntah pada ibu hamil dinilai dapat memicu terlahirnya anak autisme. Hal ini dikarenakan kandungan zat kimia pada obat tersebut    tidak baik bagi perkembangan janin. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk mengurangi konsumsi obat-obatan dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Faktor Makanan

Ibu hamil harus benar-benar memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Makanan dengan kandungan zat kimia berbahaya tentunya tidak baik untuk kesehatan dan berdampak   buruk bagi janin. Konsumsi sayuran atau buah yang mengandung pestisida dinilai dapat meningkatkan resiko anak terlahir autis. Menurut penelitian, pestisida mengandung zat yang dapat mengganggu fungsi gen pada sistem saraf pusat.

Faktor psikologis

Kondisi psikologis sang ibu saat hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan janinnya. Ibu hamil yang tinggal dalam lingkungan kurang baik dan penuh tekanan lebih berisiko melahirkan anak autisme. Oleh karena itu, buatlah suasana yang nyaman, tenang, dan menyenangkan bagi sang ibu agar psikologisnya tidak terganggu.

Teks: Megah Ria/ Maeya Zee.

2 Komentar untuk “Kikis Autis”

  1. Erna

    Selamat siang… saya mau tanya adik saya sekarang berumur 2 tahun 9 bulan dia suka sekali mendengar kan musik tapi musik nya itu itu aja
    dia bisa bicara tapi tidak jelas & baru bisa menghitung sampai 10 dia tidak pernah memanggil Ma,mama,pah,bapak atw nama lain dia menyebut masya allah aja ‘yasa awoh’ dan sikap nya aneh dia menonton tv pengenya berita aja itu termasuk autis bukan? mohon di jawab terimakasih

    Reply
    • admin

      Selamat Sore,

      Terima kasih sudah mengunjungi Dokita.
      Ya, sepertinya gejala autis karena ada sesuatu yang diulang ulang terus, sulit komunikasi. Saran kami, sebaiknya lakukan terapi wicara, perilaku dan orang tua konsultasi ke psikolog klinis anak karena ada beberapa pantangan makanan untuk anak autis.

      Maaf, untuk tanya jawab kesehatan Dokita selanjutnya, akan dijawab melalui aplikasi Android kami. Mohon dapat di unduh dan registrasi untuk mengirim pertanyaan di: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.andtechnology.dokterkita
      Terima kasih

      Salam Sehat Selalu,

      Tim Dokita.
      Jangan lupa untuk berbelanja sehat di store kami http://www.dokita.co/store

      Reply

Komentar

  • (will not be published)

1 item

Total Purchase: Rp 60.000